RUMPUN MODEL PENGOLAHAN INFORMASI
A.
Model Pengolahan Informasi
Rumpun model
informasi adalah model yang mencari cara untuk membantu memproses informasi
yang lebih baik agar lebih mudah memahami memecahkan masalah dan mengajar siswa.
Model pengolahan informasi ditekankan pada pengambilan, penguasaan, dan pengolahan
informasi. Model ini lebih memfokuskan pada fungsi kognitif peserta didik.
Model ini didasari oleh teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada
kemampuan peserta didik memproses informasi yang dapat memperbaiki
kemampuannya. Informasi merujuk pada
cara mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data,
memecahkan masalah, menemukan konsep, dan menggunakan simbol verbal dan visual.
Teori pengolahan informasi/kognitif dipelopori oleh Robert Gagne (1985). Asumsinya adalah
pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.
Perkembangan merupakan hasil komulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran
terjadi proses penerimaan informasi yang kemudian diolah sehingga menghasilkan
output dalam bentuk hasil belajar. Dalam pengolahan informasi terjadi interaksi
antara kondisi internal (keadaan individu, proses kognitif) dan kondisi-kondisi
eksternal (rangsangan dari lingkungan). Interaksi antar keduanya akan
menghasilkan hasil belajar. Pembelajaran merupakan keluaran dari pengolahan
informasi yang berupa kecakapan manusia (human capitalities) yang terdiri dari:
(1) informasi verbal, (2) kecakapan intelektual, (3) strategi kognitif, (4) sikap,
dan (5) kecakapan motorik.
Model pengolahan
informasi ini sering pula disebut model kognitif information processing, karena
dalam proses belajar ini
tersedia tiga taraf struktural sistem informasi,
yaitu:
1.
Sensory atau intake register
Informasi masuk ke sistem melalui sensory register, tetapi hanya
disimpan untuk periode waktu terbatas. Agar tetap dalam sistem, informasi masuk
ke working memory yang digabungkan dengan informasi di long-term memory.
|
2.
Working
memory
Pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di working memory, di sini
berlangsung berpikir yang sadar. Kelemahan working memory sangat terbatas
kapasitas isinya dan memperhatikan sejumlah kecil informasi secara serempak.
3.
Long-term memory
Yang secara potensial tidak terbatas kapasitas isinya sehingga mampu
menampung seluruh informasi yang sudah dimiliki siswa. Kelemahannya adalah
betapa sulit mengakses informasi yang tersimpan di dalamnya.
Robert M. Gagne mengemukakan ada
delapan fase proses pembelajaran. Kedelapan fase itu sebagai berikut;
1.
Motivasi yaitu fase awal memulai
pembelajaran dengan adanya dorongan untuk melakukan suatu tindakan dalam
mencapai tujuan tertentu
(motivasi intrinsik dan ekstrinsik).
2. Pemahaman yaitu individu menerima dan memahami informasi yang diperoleh dari
pembelajaran. Pemahaman didapat melalui perhatian.
3. Pemerolehan yaitu individu memberikan makna/mempersepsi segala informasi yang sampai pada
dirinya sehingga terjadi proses penyimpanan dalam memori peserta didik.
4. Penahanan yaitu menahan informasi/hasil belajar agar dapat digunakan untuk
jangka panjang. Hal ini merupakan proses mengingat jangka panjang.
5. Ingatan kembali yaitu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan bila ada rangsangan.
6. Generalisasi yaitu menggunakan hasil pembelajaran untuk keperluan tertentu.
7. Perlakuan yaitu perwujudan perubahan perilaku individu sebagai hasil
pembelajaran.
8. Umpan balik yaitu individu memperoleh feedback dari perilaku yang telah
dilakukannya.
Kemudian perlu diketahui bahwa dalam
pembelajaran pengolahan
informasi itu terdapat sembilan langkah
yang harus diperhatikan oleh guru di dalam kelas, yaitu:
1.
|
2.
|
3.
Merangsang peserta didik untuk
memulai aktivitas pembelajaran.
4.
Menyampaikan isi pembelajaran sesuai
dengan topik yang telah dirancang.
5.
Memberikan bimbingan bagi aktivitas
peserta didik dalam pembelajaran.
6.
Memberikan penguatan pada perilaku
pembelajaran.
7.
Memberikan feedback terhadap
perilaku yang ditunjukkan peserta didik.
8.
Melaksanakan penilaian proses dan
hasil.
9.
Memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk bertanya dan menjawab berdasarkan pengalamannya
B.
Model Pembelajaran Induktif
1.
Orientasi Model
Model pembelajaran berpikir induktif merupakan karya besar Hilda
Taba. Model pembelajaran berpikir induktif (inductive thinking) menurut Hilda
Taba ini juga dikembangkan atas dasar konsep proses mental siswa dengan
memperhatikan proses berpikir siswa untuk menangani informasi dan
menyelesaikannya. Atas dasar cara berpikir induktif tersebut, model
pembelajaran ini menekankan pengalaman lapangan seperti mengamati gejala atau
mencoba suatu proses kemudian mengambil kesimpulan.
Menurut Eko S. Warimun (1997, hlm. 20) model pembelajaran induktif
memiliki karakteristik, sebagai berikut:
a.
Digunakan untuk mengajarkan
konsep dengan menggeneralisasi.
b.
Efektif untuk memotivasi siswa
dalam pembelajaran.
c.
Menumbuhkan minat siswa karena
partisipasi siswa dalam melakukan observasi sangat mendapat penekanan dan siswa
secara maksimal diberi kesempatan untuk aktif.
d.
Mengembangkan keterampilan
proses siswa dalam belajar.
e.
Mengembangkan sikap positif
terhadap obyek.
Hilda Taba mengembangkan model pembelajaran induktif
melalui strategi belajar mengajar yang didesain untuk membangun proses induktif
serta membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam
mengkategorikan dan menangani informasi. Jadi, pada dasarnya model pembelajaran
ini dikembangkan berdasarkan cara berpikir induktif, yakni menarik kesimpulan
dari suatu masalah atau fenomena berdasarkan informasi atau data yang
diperoleh. Atas dasar cara berpikir induktif tersebut, model pembelajaran ini
menekankan pengalaman lapangan seperti mengamati gejala atau mencoba suatu
proses kemudian mengambil kesimpulan.
2.
|
Model
induktif dapat membantu siswa mengumpulkan informasi dan mengujinya dengan
teliti, mengolah informasi ke dalam konsep-konsep, dan belajar memanipulasi
konsep-konsep tersebut. Proses berpikir yang dapat dibangun melalui model
pembelajaran induktif menurut Hilda Taba, yakni:
a.
Bahwa berpikir dapat dididik
Menurut Hilda Taba, bahwa proses belajar mengajar dapat membantu siswa
dalam melatih serta menyelesaikan latihan-latihan untuk membangun kemampuan
dengan cara berpikir induktif.
b.
Bahwa berpikir adalah suatu
transaksi aktif antara individu dan data
Dalam proses belajar
mengajar akan terjadi suatu proses interaksi didalam kelas yakni antara guru
dengan siswa. Dalam proses belajar, guru
memberikan suatu bahan-bahan pelajaran sebagai sarana pembelajaran sehingga
siswa mampu mengembangkan kegiatan kognitif tertentu, mengorganisasikan fakta
kedalam suatu konsep yakni menghubungkan data yang diperoleh satu sama lain
untuk menarik sebuah kesimpulan berdasarkan fakta untuk membangun suatu hipotesis
serta memprediksi dan menjelaskan keadaan suatu fenomena yang telah
dipelajari. Kegiatan tersebut tidak
dapat diajarkan langsung tanpa melalui bahan-bahan pelajaran. Hal ini guru
dapat membantu dalam proses internalisasi dan konseptualisasi berdasarkan
informasi tersebut.
c.
Bahwa proses berpikir larnbat
laun membentuk kaidah-kaidah berpikir.
Artinya proses berpikir akan berkembang secara bertahap
dengan membentuk sebuah tahapan yang beraturan sehingga mampu menguasai
keterampilan berpikir. Oleh karenanya, konsep tahapan beraturan ini memerlukan
strategi mengajar tertentu agar dapat mengendalikan tahapan-tahapan tersebut. Strategi pembelajaran induktif memperhatikan
tahapan-tahapan tertentu dan harus diberikan pada waktu yang tepat, yaitu siswa
secara intelektual berada pada rasa ingin tahunya.
|
a.
Pembentukan Konsep. Tahapan
pertama ini terdiri dari tiga langkah yaitu:
1)
Mengidentifikasi data yang
relevan dengan permasalahan,
2)
Mengelompokkan data atas dasar
kesamaan karakteristik dan
3)
Membuat kategori serta memberi
label, pada kelompok-kelompok data yang memiliki kesamaan karakteristik.
Langkah-langkahnya adalah:
1)
Membuat daftar konsep
2)
Pengelompokkan konsep berdasarkan
karakteristik yang sama
3)
Pemberian label atau
kategorisasi.
b.
Interpretasi Data. Strategi
kedua ini merupakan cara mengajarkan bagaimana menginterpretasi dan
menyimpulkan data. Sama halnya dengan strategi pertama (pembentukan konsep),
cara ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu. Langkah-langkahnya
yaitu;
1)
Mengidentifikasi dimensi-dimensi
dan hubungan-hubungannya.
2)
Menjelaskan dimensi-dimensi dan
hubungan-hubungannya.
3)
Membuat kesimpulan.
Strategi ini merupakan kelanjutan dari pembentukan
konsep dan interpretasi data. Setelah siswa dapat merumuskan suatu konsep,
menginterpretasikan dan menyimpulkan data, selanjutnya mereka diharapkan dapat
menerapkan suatu prinsip tertentu ke dalam suatu situasi permasalahan yang
berbeda. Atau siswa diharapkan dapat menerapkan suatu prinsip untuk menjelaskan
suatu fenomena baru. Langkah-langkahnya, yaitu;
1) Membuat hipotesis atau prediksi
2) Menjelaskan hipotesis atau
prediksi
3) Menguji hipotesis atau prediksi.
3.
|
Model induktif
sebenarnya begitu mudah untuk disusun. Model ini bersifat kooperatif, tetapi
guru tetap menjadi inisiator dan pengawas semua kegiatan.
4.
Peran/Tugas Guru
Guru menyesuaikan
tugas-tugas dengan tingkat aktivitas kognitif siswa, menentukan kesiapan siswa.
5.
Sistem Pendukung
Siswa memerlukan
data mentah untuk diolah dan dianalisis
6.
Karakteristik dan Ciri-ciri Model Berpikir Induktif
Model
berpikir induktif mempunyai karakteristik yaitu fokus. Fokus membantu peserta
didik untuk berkonsentrasi pada satu ranah/kemampuan berpikir yang dapat mereka
kuasai, tanpa mengecilkan keinginan dalam hati mereka yang jelas membuatnya
tidak bisa menggunakan seluruh kemampuan untuk menghasilkan suatu gagasan yang
luar biasa. Hal utama yang perlu dilakukan adalah menyajikan seperangkat data
yang menyediakan informasi terhadap suatu cakupan mata pelajaran tertentu
dengan meminta peserta didik mempelajari sifat-sifat objek dalam perangkat yang
disajikan tersebut. Model berpikir induktif dapat membantu peserta didik untuk
mengumpulkan informasi dan mengujinya secara ilmiah (dengan tahap perkembangan
usia dan berpikir peserta didik) dengan teliti, mengolah informasi ke dalam
konsep-konsep, dan belajar memanipulasi konsep-konsep tersebut. Apabila
digunakan secara bertahap, model berpikir induktif juga dapat meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk membentuk konsep-konsep secara efisien dan
meningkatkan.
Adapun
ciri-ciri pembelajaran model berpikir induktif adalah: 1) penekanan pada keterampilan
berpikir dan tujuan-tujuan afektif; 2) guru dalam kaitan ini semata-mata
sebagai mediator dan motivator; 3) memberi kesempatan yang banyak untuk belajar
sewaktu-waktu.
7.
Kekurangan dan Kelebihan Model Pembelajaran Induktif
Adapun
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh model pembelajaran induktif menurut
Warimun (dalam National Science Teacher Association, 2007, hlm. 116), sebagai
berikut:
a.
|
1)
Dapat mengembangkan
keterampilan berpikir siswa karena siswa selalu dipancing dengan
pertanyaan.
2)
Dapat menguasai secara tuntas
topik-topik yang dibicarakan karena adanya tukar pendapat antara siswa sehingga
didapatkan suatu kesimpulan akhir.
3)
Mengajarkan siswa berpikir
kritis karena selalu dipancing untuk mengeluarkan ide-ide.
4)
Melatih siswa belajar bekerja
sistematis.
5)
Memotivasi siswa dalam kegiatan
belajar karena melalui model pembelajaran induktif siswa diberikan tantangan
untuk menafsirkan data eksperimen.
b.
Kekurangan
1)
Guru harus terampil dalam
memberikan pertanyaan-pertanyaan.
2)
Membutuhkan banyak waktu.
3)
Sukar menentukan pendapat yang
sama karena setiap siswa mempunyai gagasan yang berbeda-beda.
C.
Model Memorisasi
1.
Orientasi Model
Memorisasi adalah model
yang digunakan untuk menghafalkan sesuatu informasi. Guru dapat menggunakan
model memorisasi untuk membimbing penyampaian materi yang bertujuan agar para
siswa dapat dengan mudah menangkap dan mengingat informasi baru, karena model
memorisasi ini diarahkan untuk mengembangkan kemampuan siswa menyerap dan
mengintegrasikan informasi sehingga siswa-siswa dapat mengingat informasi yang
telah diterima dan dapat diingat kembali pada saat diperlukan.
Model memorisasi
merupakan model pembelajaran yang menggunakan memori untuk meningkatkan
kemampuan daya ingat. Model memorisasi berhubungan dengan cara kerja otak. Ada tiga
unsur dalam perbuatan otak, yaitu menerima kesan-kesan, menyimpan dan
memproduksikannya. Setiap individu memiliki kemampuan otak yang berbeda-beda,
begitu juga dengan daya ingat, sehingga hasil belajar yang diperoleh pun
berbeda-beda. Oleh karena itu, belajar secara berulang-ulang juga dapat
membantu seseorang memperkuat daya ingatnya.
2.
|
Model memorisasi terdiri dari beberapa langkah
dalam penerapannya, yaitu:
a. Menyampaikan materi.
b. Mengembangkan hubungan, yaitu menemukan hubungan antara
materi-materi yang memiliki keterkaitan.
c. Mengembangkan materi dengan menggunakan
teknik-teknik atau hal-hal lain sehingga lebih mudah diingat.
d. Memberi penguatan dari
materi yang telah disampaikan.
3.
Sistem Sosial
Sistem sosial bersifat
kooperatif. Guru dan siswa menjadi satu tim yang sama-sama bekerja dengan
materi baru. Prakarsa ini seharusnya lebih ditekankan pada siswa agar mereka
dapat melakukan kontrol pada strategi dan menggunakannya untuk menghafal
gagasan, kata, dan formula-formula.
4.
Peran/Tugas Guru
Guru membantu siswa
mengidentifikasi objek-objek kunci, pasangan, dan gambar-gambar, dengan
menawarkan sugesti-sugesti tetapi tetap merujuk pada kerangka rujukan siswa.
Unsur-unsur familiar utamanya harus sesuai dengan tingkat pemahaman siswa.
5.
Sistem Pendukung
Semua perangkat bidang
kurikulum yang tradisional dapat dibawa ke dalam permainan. Gambar-gambar,
bantuan-bantuan nyata, film, dan materi-materi audiovisual lain sangat berguna,
khususnya untuk meningkatkan kekayaan sensorik siswa dalam membentuk
asosiasi-asosiasi.
6. Kekurangan dan Kelebihan Model Memorisasi
Model memorisasi ini
memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu:
a. Kelebihan
1) Mengajarkan siswa untuk
belajar mandiri dan belajar dapat menyenangkan.
2)
|
3) Daya ingat siswa dan hasil
belajar siswa juga bisa meningkat.
b. Kekurangan
1) Dibutuhkan jam pelajaran
yang cukup untuk dapat melaksanakan semua langkah model memorisasi.
2) Tidak semua materi IPS
yang bisa menggunakan model memorisasi.
Memorisasi dapat memungkinkan seseorang untuk
mengingat apa yang telah dipelajari, namun tidak berarti bahwa semua ingatan
tersebut akan
tetap tersimpan dengan baik, karena pada suatu saat
ingatan tersebut akan
dapat hilang. Oleh karena itu seorang guru harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a)
Guru jangan terlalu cepat dan jangan pula terlalu lambat menerangkan pelajaran.
b)
Usahakan jangan terlalu banyak materi yang diberikan dalam satu jam
pelajaran.
c)
Usahakan materi itu diulang setiap ada kesempatan.
D. Model Pembelajaran Synektik
1. Orientasi Model
Istilah sinektik diambil dari bahasa Yunani synectics, yang
merupakan gabungan kata syn berarti menggabungkan dan ectics berarti unsur
yang berbeda. Dalam dunia keilmuan, sinektik biasanya berhubungan dengan
kreativitas dan pemecahan masalah, selain itu juga berhubungan dengan dinamika
kelompok dalam latihan berpikir. Pada awalnya, sinektik dikembangkan dalam
dunia industri namun dalam perkembangannya ternyata sukses diterapkan dalam
dunia pendidikan dan dikenal sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif
untuk mengembangkan kreativitas.
Model Sinektik ditemukan dan dirancang oleh William JJ Gordon berorientasi
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, ekspresi kreatif, empati dan wawasan
dalam hubungan sosial.Sinektik yang dikembangkan oleh William Gordon merupakan
model pembelajaran yang menggunakan analogi untuk mengembangkan kemampuan
berpikir dari berbagai sudut pandang. Analogi dianggap mampu mengembangkan
kreativitas karena dalam analogi ada usaha untuk menghubungkan antara apa yang
sudah diketahui dengan apa yang ingin dipahami. Ada tiga jenis analogi yang
digunakan dalam model pembelajaran sinektik, diantaranya:
a.
|
b.
Analogi personal yaitu kegiatan
untuk melakukan analogi antara objek analogi dengan dirinya sendiri. Pada
analogi ini siswa diminta menempatkan dirinya sebagai objek itu sendiri. Dalam
memperkenalkan analogi personal, siswa harus merasa bahwa dirinya telah menjadi
bagian dari permasalahan. Misalnya, siswa disuruh untuk membandingkan dirinya
dengan sebuah mesin, kemudian ditanyakan bagaimana
perasaannya seandainya itu terjadi? Apa yang dirasakan seandainya mesin itu
dihidupkan? Dan kapan kira-kira akan berhenti?. Tujuan kegiatan ini adalah
untuk melihat seberapa besar jarak konseptual dalam menetapkan konsep-konsep
yang baik. Menurut Gordon, manfaat analogi dapat menciptakan jarak.Semakin
besar jarak semakin memungkinkan siswa memperoleh ide-ide yang baru.
Selanjutnya dijelaskan adanya empat keterlibatan individu yang mungkin terjadi
ketika melakukan analogi, yaitu:
1)
Keterlibatan terhadap fakta yaitu
proses analogi terhadap fakta yang dikenal tanpa menggunakan cara pandang baru tanpa keterlibatan empati,
misalnya: seandainya saya menjadi mesin
maka saya merasa panas.
2)
Keterlibatan dengan emosi yaitu
proses analogi dengan melibatkan unsur emosi, misalnya: seandainya saya menjadi mesin maka saya menjadi kuat.
3)
Keterlibatan dengan empati pada
benda-benda hidup yaitu proses analogi dengan melibatkan emosi dan kinestetik
pada objek analogi, misalnya: seandainya
saya menjadi mobil, saya merasa seperti sedang mengikuti lomba balapan, dan
saya jadi tergesa-gesa.
4)
|
c.
Analogi konflik kempaan yaitu
suatu proses kegiatan mempertentangkan dua sudut pandang yang berbeda. Hasil
kegiatan ini berupa deskripsi tentang suatu objek atau gagasan berdasarkan dua
kata atau frase yang kontradiktif, misalnya: bagaimana komputer itu dianggap sebagai pemberani atau penakut?
Bagaimana mesin mobil dapat tertawa atau marah?.Pada analogi ini siswa
diminta menyebutkan suatu objek secara berpasangan. Berdasarkan pasangan kata
tersebut, siswa diharapkan mengemukakan objek sebanyak-banyaknya yang bersifat
kontradiktif, kemudian diminta menjelaskan mengapa benda tersebut bersifat
kontradiktif.
2. Prosedur Pembelajaran
Dalam penerapan model
pembelajaran sinektik pada proses pembelajaran terdapat dua strategi sinektik,
yaitu:
a.
Menciptakan sesuatu yang baru
1)
Tahap Pertama : Mendeskripsikan
kondisi saat ini
Guru meminta siswa untuk mendeskripsikan
situasi suatu topik yang mereka lihat saat itu.
2)
Tahap Kedua : Analogi langsung
Siswa mengemukakan analogi langsung, salah
satu diseleksinya dan selanjutnya dikembangkan.
3)
Tahap Ketiga : Analogi Personal
Para siswa menganalogikan sesuatu yang
diseleksinya pada tahap kedua.
4)
Tahap Keempat: Konflik kempaan
Berdasarkan tahap kesatu, kedua, dan ketiga
siswa mengemukakan beberapa konflik dan dipilih salah satunya.
5)
|
Siswa mengembangkan dan menyeleksi analogi
langsung lainnya berdasarkan konflik tadi.
6)
Tahap Keenam : Meninjau tugas
yang sebenarnya
Guru meminta siswa meninjau kembali tugas
atau masalah yang sebenarnya dan menggunakan analogi yang terakhir dan/atau
masuk pada pengalaman sinektik.
b.
Mengakrabkan sesuatu yang asing
melalui analogi-analogi yang sudah dikenal dengan baik.
1)
Tahap Pertama: Input pada
keadaan yang sebenarnya
Guru menyajikan informasi dengan topik baru.
2)
Tahap Kedua: Analogi langsung
Guru mengusulkan
analogi langsung, dan siswa diminta menjabarkannya.
3)
Tahap Ketiga: Analogi personal
Guru meminta siswa membuat analogi personal.
4)
Tahap Keempat: Membandingkan
Siswa menjelaskan dan menerangkan kesamaan
antara materi yang baru dengan analogi langsung.
5)
Tahap Kelima: Menjelaskan
perbedaan
Siswa menjelaskan analogi yang tidak tepat.
6)
Tahap Keenam: Penjelajahan
Siswa menjelajahi kembali kebenaran suatu
topik dengan batasan-batasan mereka.
7)
Tahap Ketujuh: Memunculkan
analogi
3.
Sistem Sosial
Model
ini dapat disusun dengan mudah. Guru menerapkan dan mengatur tahap-tahap
pengajaran, tetapi respons-respon siswa harus tetap dibuka. Standar-standar
kreativitas dan “permainan khayalan” juga perlu dianjurkan. Reward bersifat
internal.
4.
|
Mendorong
keterbukaan, ketidakrasionalan, dan ekspresi yang kreatif. Mempergakan, jika
perlu. Menerima seluruh respon siswa. Memilih analogi-analogi yang membantu
siswa untuk memperpanjang pemikiran mereka.
5.
Sistem Pendukung
Tidak
ada sistem pendukung khusus
E.
Model Pemerolehan Konsep
Model penemuan konsep adalah perangkat
evaluasi unggul saat guru ingin mengetahui sejauh mana siswa mampu menguasai
gagasan-gagasan penting yang mereka ajarkan.
1.
Struktur
Pengajaran
Struktur pengajaran dimulai dari
memberikan contoh-contoh sampai menguji dan menamai konsep-konsep terapan.
Tahap Pertama : Penyajian Data dan Identifikasi Konsep
a.
Guru menyajikan contoh
b.
Siswa membandingkan sifat-sifat atau ciri-ciri dalam
contoh
c.
Siswa menjelaskan sebuah definisi menurut sifat-sifat
atau ciri-ciri yang paling penting
Tahap Kedua : Pengujian Pencampaian Konsep
a.
Siswa mengidentifikasi contoh-contoh tambahan yang tidak
dilabeli dengan tanda ya dan tidak.
b.
Guru menguji sipotesis, menamai konsep dan menyatakan
kembali definisi-definisi menurut sifat atau ciri yang paling penting
c.
Siswa membuat contoh-contoh
Tahap ketiga : Analisis Strategi-strategi berpikir
a.
Siswa mendeskripsikan pemikiran-pemikiran
b.
Siswa mendiskusikan peran sifat-sifat dan
hipotesis-hipotesis
c.
Siswa mendiskusikan jenis dan ragam hipotesis
2.
Sistem
Sosial
Guru mengawasi jalannya pembelajaran
tetapi dalog terbuka tetap ada dalam tahap-tahap berikutnya. Interaksi siswa
harus dimuncullkan dimana para siswa memberikan lebih banyak inisiatif dalam
proses induktif saat mereka memperoleh banyak pengalaman.
3.
|
a.
Memberikan dukungan tetapi menekankan diskusi yang
hipotetik
b.
Membantu siswa
c.
Fokus pada sifat-sifat atau fitur-fitur tertentu dalam
contoh yang ada serta mendampingi siswa dalam mendiskusikan dan mengevaluasi
strategi berpikir mereka.
4.
Sistem
Pendukung
a.
Materi-materi yang telah diseleksi dan dikelola dengan
cermat dan teliti.
b.
Data-data yang berbeda untik disajikan sebagai contoh.
Model pemerolehan konsep ini dipelopori oleh Jerome Bruner.
Model ini berangkat dari suatu pandangan bahwa lingkungan memiliki manusia yang
beragam. Peserta didik harus bisa membedakan, mengkatagorikan, dan menamakan
semua itu sehingga menemukan suatu konsep. Jadi model pemerolehan konsep adalah
suatu pendekatan yang bertujuan membantu siswa memahami konsep tertentu. Model
ini bisa diterapkan pada semua umur, mulai dari anak-anak sampai pada dewasa.
Menurutnya bahwa belajar memiliki tiga proses, yaitu:
1) Memperoleh informasi baru;
2) Mentransformasi pengetahuan;
3) Menguji relevansi dan ketepatan ilmu pengetahuan.
Menurut Aunurrahman (2012: 158) bahwa model pemerolehan
konsep merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk menata dan menyusun
data sehingga konsep-konsep penting dapat dipelajari secara tepat dan efisien.
Dalam penerapan model ini dalam pembelajaran meliputi dalam
tiga tahap, yakni sebagai berikut :
a.
Presentasi data dan identifikasi konsep, meliputi:
1)
Guru mempresentasikan conto-contoh nama;
2)
Siswa membandingkan ciri positif dan negative dari contoh
yang dikemukakan;
3)
Siswa menyimpulkan dan menguji hipotesis;
4)
|
5)
Menguji pencapaian konsep yang meliputi beberapa kegiatan,
meliputi:
6)
Siswa mengidentifikasi tambahan contoh yang tidak memiliki
nama;
7)
Guru mengkofirmasikan hipotesis, konsep nama dan definisi
sesuai dengan ciri-ciri esensial.
b.
Menganalisis kemampuan berpikir strategis, meliputi:
1)
Siswa mendeskripsikan pemikiran-pemikiran mereka;
2)
Siswa mendiskusikan hipotesis dan atribut-atribut;
3)
Siswa mendiskusikan bentuk dan jumlah hipotesis.
F.
Pertumbuhan
kognitif
Model ini
dipelopori oleh jean piaget dkk. Model ini menegaskan bahwa perkembangan
kognitif sebagian besar dipengaruhi oleh manipulasi dan interaktif aktif
peserta didik dengan lingkungannya dimana pengetahuan datang dari tindakannya.
Melalui interaksi dengan lingkungan, struktur kognitif akan selalu berkembangan
pengalaman dan berubah terus menerus selama interaksi itu belangsung. Cara ini
akan membantu peserta didik agar meninmgkatkan pertumbuhan intelektualnya yang
dimulai dari proses reflektif sampai pada peserta didik mampu memikirkan
kejadian potensial dan secara mental mampu mengeksplorasi kemungkinan
akibatnya.
Pada dasarnya
model ini dirancang untuk meningkatkan perkembangan intelektual, penalaran
logis, tetapi dapat diterapkan pada perkembangan social, karena pengalaman-pengalaman
penting bagi terjadinya perkembangan.
Meurut Wina Sanjaya (2007 : 234 - 236) ada enam tahapan yang harus dilakukan dalam
model pembelajaran pertumbuhan kognitif yaitu :
1.
Tahap orientasi
Pada tahap ini guru mengkondisikan
siswa pada posisi siap untuk melakukan pembelajaran. Tahap orientasi dilakukan
dengan, pertama, penjelasan tujuan yang harus dicapai baik
tujuan yang berhubungan dengan penguasaan materi pelajaran yang harus dicapai,
maupun tujuan yang berhubungan dengan proses pembelajaran atau kemampuan
berpikir yang harus dimiliki siswa. Kedua, penjelasan proses
pembelajaran yang harus dilakukan siswa, yaitu penjelasan tentang apa yang
harus dilakukan siswa dalam setiap tahapan proses pembelajaran.
2.
|
Tahap pelacakan adalah tahap penjajakan
untuk memahami pengalaman dan kemampuan dasar siswa sesuai dengan tema atau
pokok persoalan yang akan dibicarakan. Melalui tahapan ini guru mengembangkan
dialog dan tanya jawab untukmengungkap pengalaman apa saja yang telah
dimiliki siswa yang dianggap relevan dengan tema yang akan dikaji.
3.
Tahap konfrontasi
Tahap konfrontasi adalah tahapan
penyajian persoalan yang harus dipecahkan sesuai dengan tingkat kemampuan dan
pengalaman siswa. Untuk merangsang peningkatan kemampuan siswa pada tahapan ini
guru dapat memberikan persoalan-persoalan yang dilematis yang memerlukan
jawaban atau jalan keluar. Pada tahap ini guru harus dapat mengembangkan dialog
agar siswa benar-benar memahami persoalan yang harus dipecahkan.
4.
Tahap inkuiri
Pada tahap ini siswa belajar berpikir
yang sesungguhnya. Melalui tahapan inkuri, siswa diajak untuk
memecahkan persoalan yang dihadapi. Pada tahapan ini guru harus memberikan
ruang dan kesempatan untuk mengembangkan gagasan dalam upaya pemecahan
persoalan. Melalui berbagai tehnik bertanya guru harus dapat menumbuhkan
keberanian siswa agar mereka dapat menjelaskan, mengungkap fakta sesuai dengan
pengalamannya, memberikan argumentasi yang meyakinkan, mengembangkan gagasan
dan lain sebagainya.
5.
Tahap akomodasi
Tahap akomodasi adalah tahap pembentukan
pengetahuan baru melalui proses penyimpulan. Pada tahap ini siswa dituntut
untuk dapat menemukan kata-kata kunci sesuai dengan topik atau tema
pembelajaran. Pada tahap ini melalui dialog, guru membimbing agar siswa dapat
menyimpulkan apa yang mereka temukan dan mereka pahami sekitar topik yang
dipermasalahkan.
6.
|
Tahap transfer adalah tahapan penyajian
masalah baru yang sepadan dengan masalah yang disajikan. Tahap transfer
dimaksudkan sebagai tahapan agar siswa mampumentransfer kemampuan berpikir setiap siswa untuk memecahkan masalah-masalah
baru. Pada tahap ini guru dapat memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan topik
pembahasan.
G.
Advanced Organizer
Model ini
dipelopori oleh david ausubel, yang dimana untuk menerapkan konsepsi tentang
struktur kognitif dalam merancang pembelajaran sehingga bisa meningkatkan
kemampuan siswa dalam mempelajari informasi yang baru.
Menurut Ausubel
tujuan dari model advanced organizer adalah menjelaskan menghubungkan materi
baru dalam tugas pembelajaran dengan materi yang telah dipelajari dan membantu
siswa membedakan materi baru dari materi yang telah dipelajari sebelumnya.
1.
Struktur
Pengajaran
Menurut Ausubel struktur pembelajaran advanced organizer
dibagi ke dalam 3 tahap diantaranya yaitu:
Tahap
Pertama : Presentasi
Advanced Organizer
a.
Mengklarifikasi tujuan-tujuan pelajaran
b.
Menyajikan organizer
c.
Mengidentifikasi sifat-sifat yang jelas atau konkluisf
d.
Memberikan contoh atau ilustrasi yang sesuai
e.
Menyediakan konteks
f.
Mengulang
g.
Mendorong kesadaran pengetahuan dan pengalaman
pembelajar.
Tahap
Kedua : Presentasi tugas atau materi pembelajaran
a.
Menyajikan materi
b.
Membuat ururtan materi pembelajaran yang logis dan jelas
c.
Menghubungkan materi dengan organizer.
Tahap
Ketiga : Memperkuat susunan kognitif
a.
Menggunakan prinsip-prinsip pendamaian integratif
b.
Membangkitkan pendekatan kritis pada mata pelajaran
c.
|
d.
Menerapkan gagasan secara aktif (seperti dengan menguji
gagasan tersebut).
Menurut Aunurrahman (2012: 160) Advanced organizer dalam proses pembelajaran memiliki tiga tahap,
yaitu sebagai berikut :
a.
Tahap pertama
1)
Menjelaskan tujuan pembelajaran;
2)
Menjelaskan panduan pembelajaran;
3)
Menumbuhkan kesadaran pengetahuan dan pengalaman siswa yang
relevan;
Pada tahap ini
dilakukan agar menarik minat peserta didik dan agar pemikiran dan aktivitas
yang mereka lakukan berorientasi pada tujuan pembelajaran.
b.
Tahap kedua
1)
Menjelaskan materi pembelajaran;
2)
Menbangkitkan perhatian siswa;
3)
Mengatur secara eksplisit tugas-tugas;
Pada tahap ini, bagaimana guru mempertahankan perhatian
siswa yang sudah tumbuh melalui kegiatan tahap pertama agar mereka dapat
memahami arah kegiatan secara jelas.
c.
Tahap ketiga
1)
Menggunakan prinsip-prinsip secara terintegrasi;
2)
Meningkatkan keaktivitas pembelajaran;
3)
Mengembangkan pendekatan-pendekatan kritis guna memperjelas
materi pembelajaran.
2.
Sistem
Sosial
Model ini dapat disusun dengan baik. Namun model ini
mengharuskan adanya kerja sama aktif antara guru dan siswa.
3.
Peran
atau Tugas Guru
a.
Merundingkan makna
4.
Sistem
Pendukung
Materi yang disusun dengan baik.
Komentar
Posting Komentar