MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK
MODEL
PEMBELAJARAN SINEKTIK
A.
Pengertian
Model Sinektik
Model pembelajaran sinektik adalah
salah satu model pembelajaran yang termasuk ke dalam rumpun model pribadi
(Suryaman, 1992: 8). Dalam Dahlan (1990), sinektik merupakan suatu
pendekatan baru yang menarik guna mengembangkan kreativitas, dirancang oleh
William J. J. Gordon dan kawan-kawannya.
Sinektik (Gordon, 1961) adalah
sebuah pendekatan untuk berpikir kreatif yang didasarkan pada pemahaman
bersama, bahwa apa yang tampaknya berbeda dapat dikaitkan bersama. Alat
utamanya adalah analogi atau metafora. Pendekatan yang sering digunakan oleh
kelompok-kelompok, dapat membantu siswa mengembangkan tanggapan kreatif untuk
memecahkan masalah, untuk menyimpan informasi baru, untuk membantu dalam
menghasilkan tulisan, dan untuk mengeksplorasi masalah-masalah sosial dan
disiplin. Ini membantu pengguna mengistirahatkan pikiran yang ada dan
menginternalisasi konsep-konsep abstrak.
Salah satu ciri model sinektik ini
adalah proses. Semakin tinggi proses yang dilakukan siswa, semakin terbuka
wawasan siswa, maka semakin memungkinkan untuk memperoleh hasil yang tinggi
pula. Proses yang dimaksud adalah proses metaforik yang diidentifikasikan
Gordon (via Joyce, 2009: 254) ke dalam analogi personal (personal
analogy), analogi langsung (direct analogy), dan konflik padat (compressed
conflict).
Sebelum memasuki tahapan-tahapan
model sinektik dalam penggunaan analogi, perlu membahas metafora dan analogi
terlebih dahulu. Dalam KBBI (1999: 38), pengertian analogi adalah kesamaan
sebagian ciri antara dua benda atau hal yang dapat dipakai untuk dasar
perbandingan.
Analogi merupakan komponen strategi
yang penting dalam pembelajaran karena akan membuat lebih mudah untuk mengerti
masalah atau ide dengan yang sudah dikenal. Analogi menggambarkan kesamaan
antara beberapa masalah atau ide dengan yang sudah dikenal di luar materi
pelajaran. Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa analogi merupakan kegiatan membandingkan atau menghubungkan
sesuatu dengan sesuatu yang lain yang memiliki kesamaan sifat.
Pengertian metafora dalam KBBI
(1999: 651) merupakan pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang
sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau
perbandingan. Dapat disimpulkan bahwa metafora atau metaforik adalah cara
membandingkan sesuatu hal yang lain tanpa menggunakan kata pembanding.
B.
Orientasi
Model
a.
Tujuan dan
Anggapan Dasar
Menurut Gordon (dalam Dahlan, 1990)
ada empat pandangan yang mendasari sinektik dan sekaligus menentang pandangan
lama tentang kreativitas.
1)
Kreativitas merupakan kegiatan sehari-hari. Umumnya
kita beranggapan bahwa proses kreativitas itu merupakan pekerjaan yang luar
biasa. Padahal kreativitas tersebut merupakan bagian dari kegiatan kerja kita
sehari-hari dan berlangsung seumur hidup. Model ini dikembangkan dengan maksud
untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah (problem-solving),
ekspresi kreatif (creative expression), empati, insight dalam
hubungan sosial yang menekankan bahwa ide-ide yang bermakna dapat meningkatkan
aktivitas kreatif melalui bantuan daya pikir yang lebih kaya.
2)
Proses kreatif tidak selamanya misterius, tetapi dapat
diuraikan dan mungkin dapat dimanfaatkan untuk melatih individu guna
meningkatkan kreativitas mereka. Tujuannya untuk menjabarkan dan menciptakan
prosedur latihan yang dapat diterapkan di sekolah atau setting lainnya.
3)
Kreativitas tercipta di segala bidang. Ide ini sangat
bertentangan dengan keyakinan umum bahwa kreativitas itu terbatas hanya dalam
bidang seni, padahal bidang-bidang sains dan mesin pun meningkat karena kreasi
manusia.
4)
Peningkatan berpikir kreatif individu dan kelompok
sama. Individu dan kelompok menimbulkan ide-ide dan produk dalam berbagai hal.
b.
Kreatif dan
Proses Sinektik
Menurut Gordon (dalam Dahlan, 1990)
pemprosesan spesifik dalam sinektik dikembangkan dari seperangkat anggapan
dasar tentang psikologi kreativitas, di antaranya:
1)
Memunculkan proses kreatif menuju kesadaran serta
mengembangkannya secara nyata membantu kreativitas. Kita dapat langsung
meningkatkan kapasitas kreatif baik terhadap individu maupun kelompok.
2)
Komponen emosional lebih penting daripada komponen
intelektual. Kreativitas merupakan pengembangan pola mental baru. Hal-hal yang
bersifat irasional dapat membuka pikiran dan membimbing mental guna
memungkinkan ide-ide baru. Bagaimana pun juga, dasar keputusan itu bersifat
rasional, namun irasionalitas merupakan komponen mental yang penting untuk
menggerakkan dan mengembangkan ide meskipun ia bukan pembuat keputusan. Menurut
Gordon, meskipun logika dipergunakan untuk membuat keputusan dan kemampuan
teknis diperlukan untuk menyusun ide-ide dalam banyak hal, tetapi ia percaya
bahwa kreativitas pada dasarnya merupakan elemen-elemen irasional untuk
meningkatkan pemprosesan intelektual. Banyak pemecahan masalah bersifat
rasional dan intelektual, tetapi jika diganti irasionalitas akan lebih
memungkinkan bangkitnya ide-ide segar.
3)
Elemen-elemen emosional dan irasional harus dipahami
guna meningkatkan kemungkinan sukses dalam situasi problem-solving.
Dengan kata lain, menganalisis kejelasan proses emosional dan irasional dapat
membantu individu dan kelompok untuk meningkatkan kreativitas. Aspek-aspek
irasional dapat dipahami dan mengontrol kesadaran. Kecakapan mengontrol
kesadaran ini melibatkan metafora dan analogi yang merupakan objek sinektik.
c.
Aktivitas
Metafora
Dalam Dahlan (1990), aktivitas
metafora merupakan model sinektik, di mana kreativitas menjadi suatu proses
yang disadari. Metafora-metafora membentuk hubungan persamaan, membedakan obyek
atau ide yang satu dengan yang lainnya dengan mempergunakan pengganti. Obyek
pengganti ini langsung mengilhami proses kreatif dengan cara menghubungkan
sesuatu yang telah dikenal dengan sesuatu yang belum dikenal.
Metafora memperkenalkan konsep jarak
antar siswa dengan obyek, atau subyek lain, mendorong berpikir original.
Misalnya, dapat dikemukakan contoh siswa disuruh memikirkan pelajarannya
sebagai sebuah sepatu tua atau sebuah sungai. Kita memberikan struktur, suatu
metafora, di mana siswa dapat memikirkan segala sesuatu yang telah dikenalnya
melalui suatu pendekatan baru. Sebaliknya
kita dapat menyuruh siswa memikirkan suatu topik baru melalui pendekatan yang
telah diketahuinya dan mereka diminta untuk membandingkannya guna transportasi
sistem. Aktivitas metaforik membantu para siswa untuk dapat menghubungkan
ide-ide dari hal-hal yang telah dikenalnya menuju ke hal-hal baru atau dari
suatu perspektif baru menuju ke hal yang dikenal. Strategi sinektik
mempergunakan aktivitas metaforik yang terencana, memberikan struktur
langsung di mana individu bebas mengembangkan imajinasi dan pemahaman mereka di
dalam aktivitas sehari-hari.
Adapun beberapa tipe analogi yang
dipergunakan sebagai dasar latihan sinektik yaitu:
1)
Analogi personal
Analogi personal, menuntut siswa empati terhadap ide
atau objek yang dibandingkan. Siswa menjadi bagian dari elemen fisik suatu
problema. Identifikasinya mungkin terhadap individu, perencanaan, binatang,
atau benda-benda mati. Analogi personal sangat menekankan keterlibatan
empati. Kerelaan melibatkan diri terhadap obyek sangat dibutuhkan dalam analogi
personal, semakin rela melibatkan diri maka semakin besarlah konsep jarak yang
diperoleh. Besarnya konsep jarak yang ditimbulkan keterlibatan individu dengan
obyek akan lebih memungkinkan perolehan kreasi atau pemahaman baru. Adapun
tingkat keterlibatan individu dalam analogi personal yaitu:
a.
Deskripsi
orang pertama terhadap fakta-fakta
b.
Mengidentifikasi empatetik dengan suatu yang hidup
c.
Identifikasi empatetik dengan benda mati Manfaat
mengenal tingkatan analogi personal ini bukan untuk mengenal bentuk-bentuk
aktivitas metaforik, tetapi untuk memberikan tuntunan bagaimana menetapkan
konsep yang baik. Gordon percaya bahwa dengan analogi akan segera dapat
menciptakan jarak yang besar dan lebih memungkinkan siswa memperoleh ide-ide
baru (dalam Dahlan, 1990).
2)
Analogi langsung Analogi langsung merupakan perbandingan dua
objek atau konsep. Perbandingan tidak harus identik dalam segala hal. Fungsinya
cukup sederhana, yaitu untuk mentransposisikan kondisi-kondisi topik atau
situasi permasalahan asli yang pada situasi lain untuk menghadirkan pandangan
baru tentang gagasan atau masalah (dalam Joyce et al, 2009).
3)
Konflik Padat (Memberi tekanan pada pertentangan)
Dalam Dahlan (1990), memberi tentangan pada
pertentangan umumnya berbentuk dua buah kata yang bertentangan misalnya:
lesu-agresif; kawan-musuh; dan sebagainya. Pertentangan-pertentangan tersebut
memberikan pemahaman yang luas terhadap suatu obyek yang baru. Hal tersebut
dapat merefleksi kecakapan siswa untuk menghubungkan dua kerangka berpikir itu
terhadap suatu obyek. Besarnya jarak antara dua kerangka berpikir itu dapat
meningkatkan fleksibilitas mental.
C.
Karakteristik
Model Sinektik
a.
Sintakmatik
(Tahap-Tahap Model)
Dalam Dahlan (1990), Joyce et al
((2009) dan Sakdiahwati (2008), ada dua strategi dari model pembelajaran
sinektik, yaitu strategi pembelajaran untuk menciptakan sesuatu yang baru (creating
something new) dan strategi pembelajaran untuk melazimkan terhadap sesuatu
yang masih asing (making the strange familiar). Kedua strategi dari
model pembelajaran sinektik dapat dilihat pada tabel berikut.
1)
Strategi Pertama: Menciptakan Sesuatu yang Baru
Tahap
Pertama
Mendeskripsikan
Situasi Saat Ini
|
Tahap
Kedua
Analogi
Langsung
|
Guru
meminta siswa mendeskripsikan situasi atau topik seperti yang mereka lihat
saat ini.
|
Siswa
mengusulkan analogi-analogi langsung, memilihnya, dan mengeksplorasi
(mendeskripsikannya) lebih jauh.
|
Tahap
Ketiga
Analogi
Personal
|
Tahap
Keempat
Konflik
Padat
|
Siswa
“menjadi” analogi yang telah mereka pilih dalam tahap kedua tadi.
|
Siswa
mengambil deskripsi-deskripsi dari tahap kedua dan ketiga, mengusulkan
beberapa analogi konflik dan memilih salah satunya.
|
Tahap
kelima
Analogi
Langsung
|
Tahap
keenam
Memeriksa
Kembali Tugas Awal
|
Siswa
membuat dan memilih analogi langsung yang lain yang didasarkan pada analogi
konflik padat.
|
Guru
meminta siswa kembali pada tugas atau masalah awal dan menggunakan analogi
terakhir dan atau seluruh pengalaman sinektikanya.
|
2)
Strategi Kedua: Membuat Sesuatu yang Asing Menjadi
Familiar
Tahap
Pertama
Input
Tentang Keadaan yang Sebenarnya
|
Tahap
Kedua
Analogi
Langsung
|
Guru
menyediakan informasi tentang topik yang baru
|
Guru
mengusulkan analogi langsung dan meminta siswa menjabarkannya.
|
Tahap
Ketiga
Analogi
Personal
|
Tahap
Keempat
Membedakan
Analogi
|
Guru
meminta siswa “menjadi” analogi langsung.
|
Siswa
mengidentifikasi dan menjelaskan poin-poin kesamaan antara materi baru dengan
analogi langsung
|
Tahap
Kelima
Menjelaskan
Perbedaan
|
Tahap
Keenam
Eksplorasi
(Penjelajahan)
|
Siswa
menjelaskan di mana saja analogi-analogi yang tidak sesuai.
|
Siswa
mengeksplorasikan kembali topik asli.
|
Tahap
Ketujuh
Membuat
Analogi
|
|
Siswa
menyiapkan analogi langsung dan mengeksplorasi persamaan dan perbedaannya.
|
b.
Sistem
Sosial
Dalam Joyce et al (2009), baik
model-model maupun strategi-strategi pengajaran sinektik sebenarnya dapat
disusun dengan mudah, asalkan guru dapat memprakarsai dan membimbing penggunaan
mekanisme-mekanisme operasional. Guru dapat membantu siswa mengintelektualkan
proses-proses mental mereka. Namun, siswa punya kebebasan dalam diskusi terbuka
mereka agar mereka melibatkan diri dalam pemecahan masalah metaforis.
Norma-norma kerja sama, “permainan khayalan”, dan kualitas intelektual dan
emosional penting untuk membangun setting dalam pemecahan masalah secara
kreatif. Reward bersifat internal, datang dari kepuasan dan kenyamanan
siswa dalam aktivitas pembelajaran.
c.
Peran
/ Tugas Guru
Guru
harus memperhatikan menjangkau siswa-siswa mana yang pola pikirnya perlu diatur
sedemikian rupa. Begitu pula mereka perlu mendorong kondisi-kondisi psikologis
yang mungkin dapat ,membangun respon kreatif siswa. Selain itu mereka juga
menggunakan hal-hal yang tidak rasional untuk mendorong siswa-siswa yang enggan
dalam memanjakan hal yang tidak relevan dan perangkat-perangkat lainnya yang
penting untuk memunculkan saluran-saluran pemikiran. Oleh karena guru berposisi
sebagai panutan yang penting dalam metode ini mereka harus belajar menerima
hal-hal yang aneh dan tidak biasa. Mereka harus bisa menerima seluruh respon
siswa untuk meyakinkan bahwa siswa merasa tidak ada penghakiman eksternal
terhadap ekspresi kreatif mereka. Semakin sulit masalah yang dipecahkan,
semakin penting bagi guru untuk menerapkan dan menerima analogi-analogi yang
tidak masuk akal sehingga siswa dapat mengembangkan perspektif-perspektif segar
tentang masalah yang mereka hadapi. Pada strategi yang kedua, hendaknya guru
hati-hati pada analisis yang terlalu dini. Mereka perlu mangklarifikasi dan
meringkas perkembangan aktifitas pembelajaran dan oleh karena itu, perkembangan
perilaku pemecahan masalah siswa.
d.
Prinsip
Reaksi
Guru mencatat ke dalam pola berpikir
yang menetap dan tampak pada individu, dan mengusahakan membangkitkan kemampuan
psikis siswa untuk merespons kreatif. Selanjutnya guru harus memanfaatkan
hal-hal yang bersifat tidak rasional untuk mendorong keengganan kata hatinya,
mengemukakan sesuatu yang tidak relevan, fantasi, simbol-simbol dan sebagainya
sebagai alat proses berpikir. Guru harus menerima semua respons siswa agar
mereka merasa diterima untuk lebih mengembangkan ekspresi kreatifnya. Dalam
strategi kedua, sejak awal siswa dibimbing untuk menganalisis. Guru menjelaskan
dan meringkas kemungkinan aktivitas belajar siswa dan bertingkah laku problem-solving
oleh siswa (dalam Dahlan, 1990).
e.
Sistem
Pendukung
Dalam Joyce et al (2009), pada
hakikatnya siswa tetap membutuhkan fasilitas dari seorang pemimpin yang
kompeten dalam merancang dan menerapkan prosedur-prosedur analisis. Mereka juga
memerlukan, dalam hal masalah-masalah ilmiah atau sains, sebuah laboratorium
yang dapat membangun model-model dan perangkat lain untuk membuat masalah
menjadi konkret dan menciptakan inovasi-inovasi praktis lain.
Bagaimanapun
suatu kelas membutuhkan ruang kerja suatu lingkungan yang di dalamnya
suatu kreativitas bisa dihargai dan digunakan. Ruangan belajar yang biasa
mungkin dapat menyediakan kebutuhan-kebutuhan seperti ini, tetapi kelas yang
sering dirancang dalam bentuk kelompok-kelompok mungkin akan terlalu besar
untuk aktivitas-aktivitas sinektik. Dengan demikian kelompok-kelompok kecil
perlu dibuat.
f.
Penerapan
Sinektik dirancang untuk meningkatkan kreatifitas individu
dan kelompok. Mendiskusikan pengalaman sinektik dapat membangun perasaan
kebersamaan antarsiswa. Siswa belajar tentang kawan sekelasnya saat mereka
merespon gagasan atau masalah. Pemikiran-pemikiran dinilai sebagai kontribusi
potensial dalam proses kelompok. Prosedur-prosedur sinektik membantu
menciptakan komunitas kesetaraan dimana berfikir merupakan
basis tunggal di dalamnya. Standar yang sangat cukup menyenangkan seperti ini
tentu akan memberikan dukungan pada peserta didik yang sangat pemalu.
Prosedur-prosedur sinektik bisa diterapkan pada siswa dalam semua bidang
kurikulum, baik sains maupun seni. Prosedur-prosedur ini dapat dihubungkan
dengan diskusi guru-siswa dalam kelas dan pada materi-materi yang dibuat guru
siswa. Hasil atau kendaraan aktivitas sinektik tidak selalu harus ditulis;
hasil ini dapat dilisankan, atau hasil-hasil tersebut dapat berbentuk
aktifitas-aktifitas bermain peran (role plays), seperti melukis dan
menggambar, atau perubahan-perubahan dalam perilaku. Ketika menggunakan
sinektik untuk melihat massalah-masalah sosial atau perilaku anda mungkin ingin
memberitahukan perilaku situasional sebelum dan sesudah aktivitas sinektik,
serta mengamati perubahan- perubahan. Hal ini juga menarik dilakukan untuk
memilih gaya-gaya akspresif yang berbeda dengan topik awal, seperti meminta
siswa melukis gambar tentang kerugian atau diskriminasi. Konsep abstrak, tetapi
gaya ekspresinya harus konkret. Sinektik dapat diterapkan pada siswa di semua
tingkatan umur, meskipun dengan siswa yang sangat muda, sinektik adalah cara
terbaik untuk memberikan latihan-latihan peregangan (stretching exercises).
Lebih dari itu pengaturannya juga sama seperti pendekatan laian dalam
pengajaran –cermat bekerja dalam pengalaman, memperkaya penggunaan materi yang
konkret, menerapkan secara hati-hati, dan merangkum prosedur-prosedur dengan
jelas. Model ini sering kali berfungsi secara efektif, khususnya pada
siswa-siswa yang mundur dari aktifitas-aktifitas pembelajaran akademik karena
tidak rela untuk mengambil risiko yang salah. Sebaliknya siswa-siswa yang
unggul yang hanya merasa nyaman saat memberikan respon yang mereka yakini benar
sering kali merasa segan untuk berpartisipasi. Untuk alasan ini kami percaya
bahwa sinektik bernilai bagi semua orang. Sinektik berkombinasi dengan
model-model lain dengan mudah. Ia dapat memperpanjang konsep-konsep untuk
dieksplorasi dengan kelompok model pengajaran memproses informasi; membuka
dimensi-dimensi problem sosial yang dieksplorasi melalui bermain peran,
investigasi kelompok, atau berfikir yurisprudensi; dan mengembangkan kekayaan
masalah dan perasaan-perasaan yang dikuak oleh model-model lain dalam kelompok
model pengajaran personal. Penerapan model sinektik yang paling efektif selalu
berkembang setiap waktu ia memiliki hasil jangka pendek dalam memperluas
pandangan tentang konsep dan masalah, tetapi ketika siswa diekspos untuk
menerapkan model ini secara berulang-ulang maka mereka dapat belajar bagaimana
menggunakannya dengan cara meningkatkan keterampilan dan mereka belajar memasuki
gaya metaforis dengan cara meningkatkan ketenangan dan kesempurnaan. Strategi
ini secara umum cukup atraktif, dan kombinasi keberuntungannya dalam
meningkatkan pemikiran produktif, empati yang mendidik, dan kedekatan
impersonal menjadikannya dapat diterapkan pada siswa diseluruh tingkatan umur
dan semua bidang kurikulum.
D.
Kelebihan
dan Kekurangan Model Pembelajaran Sinektik
a.
Kelebihan
1)
Strategi ini bermanfaat untuk mengembangkan pengertian
baru pada diri siswa tentang suatu masalah sehingga dia sadar bagaimana
bertingkah laku dalam situasi tertentu.
2)
Strategi ini bermanfaat karena dapat mengembangkan
kejelasan pengertian dan internalisasi pada diri siswa tentang materi baru.
3)
Strategi ini dapat mengembangkan berpikir kreatif,
baik pada diri siswa maupun guru.
4)
Strategi ini dilaksanakan dalam suasana kebebasan
intelektual dan kesamaan martabat antara siswa.
5)
Strategi ini membantu siswa menemukan cara berpikir
baru dalam memecahkan suatu masalah.
b.
Kelemahan
1)
Sulit dilakukan oleh guru dan siswa yang sudah
terbiasa menggunakan cara lama yang menekankan pada penyampaian informasi.
2)
Metode ini menitikberatkan pada berpikir
reflektif dan imajinatif dalam situasi tertentu, maka kemungkinan besar
siswa kurang menguasai fakta-fakta dan prosedur pelaksanaan atau keterampilan.
3)
Kurang memadahinya sarana dan prasarana pendidikan di
sekolah-sekolah.
Sumber:
Abdul Rosid.
2011. Bab V Model Sinektik Dalam
Pembelajaran Analisis Stilistika dan Nilai Budaya Puisi Indonesia. [Online] Tersedia: http://repository.upi.edu/9489/7/t_ind_0909625_chapter5.pdf [Diaskes
12 Oktober 2017]
Hestu
Pratiwi. 2011. Model
Pembelajaran "SINEKTIK". [Online] Tersedia: http://hevyhestupratiwi.blogspot.co.id/2011/12/model-pembelajaran sinektik.html [Diaskes 12
Oktober 2017]
Joyce, Weil,
& Calhoun. 2011. Models of Teaching,
Model-Model Pengajaran (edisi kedelapan). Terj. Achmad Fawaid dan Ateilla
Mirza. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mutiara
Hawa. 2012. Pengembangan Sistem
Pembelajaran Model Sinektiks. [Online] Tersedia: http://kurnia-mutiarahawa.blogspot.co.id/2012/05/sinektiks.html [Diaskes 12 Oktober 2017]
Widiarti.
2013. Keefektifan
Model Sinektik Dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Purworejo. [Online] Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/18253/1/Widiarti%2009201244013.pdf [Diaskes 12
Oktober 2017]
A.
Pengertian
Model Sinektik
Model pembelajaran sinektik adalah
salah satu model pembelajaran yang termasuk ke dalam rumpun model pribadi
(Suryaman, 1992: 8). Dalam Dahlan (1990), sinektik merupakan suatu
pendekatan baru yang menarik guna mengembangkan kreativitas, dirancang oleh
William J. J. Gordon dan kawan-kawannya.
Sinektik (Gordon, 1961) adalah
sebuah pendekatan untuk berpikir kreatif yang didasarkan pada pemahaman
bersama, bahwa apa yang tampaknya berbeda dapat dikaitkan bersama. Alat
utamanya adalah analogi atau metafora. Pendekatan yang sering digunakan oleh
kelompok-kelompok, dapat membantu siswa mengembangkan tanggapan kreatif untuk
memecahkan masalah, untuk menyimpan informasi baru, untuk membantu dalam
menghasilkan tulisan, dan untuk mengeksplorasi masalah-masalah sosial dan
disiplin. Ini membantu pengguna mengistirahatkan pikiran yang ada dan
menginternalisasi konsep-konsep abstrak.
Salah satu ciri model sinektik ini
adalah proses. Semakin tinggi proses yang dilakukan siswa, semakin terbuka
wawasan siswa, maka semakin memungkinkan untuk memperoleh hasil yang tinggi
pula. Proses yang dimaksud adalah proses metaforik yang diidentifikasikan
Gordon (via Joyce, 2009: 254) ke dalam analogi personal (personal
analogy), analogi langsung (direct analogy), dan konflik padat (compressed
conflict).
Sebelum memasuki tahapan-tahapan
model sinektik dalam penggunaan analogi, perlu membahas metafora dan analogi
terlebih dahulu. Dalam KBBI (1999: 38), pengertian analogi adalah kesamaan
sebagian ciri antara dua benda atau hal yang dapat dipakai untuk dasar
perbandingan.
Analogi merupakan komponen strategi
yang penting dalam pembelajaran karena akan membuat lebih mudah untuk mengerti
masalah atau ide dengan yang sudah dikenal. Analogi menggambarkan kesamaan
antara beberapa masalah atau ide dengan yang sudah dikenal di luar materi
pelajaran. Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa analogi merupakan kegiatan membandingkan atau menghubungkan
sesuatu dengan sesuatu yang lain yang memiliki kesamaan sifat.
Pengertian metafora dalam KBBI
(1999: 651) merupakan pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang
sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau
perbandingan. Dapat disimpulkan bahwa metafora atau metaforik adalah cara
membandingkan sesuatu hal yang lain tanpa menggunakan kata pembanding.
B.
Orientasi
Model
a.
Tujuan dan
Anggapan Dasar
Menurut Gordon (dalam Dahlan, 1990)
ada empat pandangan yang mendasari sinektik dan sekaligus menentang pandangan
lama tentang kreativitas.
1)
Kreativitas merupakan kegiatan sehari-hari. Umumnya
kita beranggapan bahwa proses kreativitas itu merupakan pekerjaan yang luar
biasa. Padahal kreativitas tersebut merupakan bagian dari kegiatan kerja kita
sehari-hari dan berlangsung seumur hidup. Model ini dikembangkan dengan maksud
untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah (problem-solving),
ekspresi kreatif (creative expression), empati, insight dalam
hubungan sosial yang menekankan bahwa ide-ide yang bermakna dapat meningkatkan
aktivitas kreatif melalui bantuan daya pikir yang lebih kaya.
2)
Proses kreatif tidak selamanya misterius, tetapi dapat
diuraikan dan mungkin dapat dimanfaatkan untuk melatih individu guna
meningkatkan kreativitas mereka. Tujuannya untuk menjabarkan dan menciptakan
prosedur latihan yang dapat diterapkan di sekolah atau setting lainnya.
3)
Kreativitas tercipta di segala bidang. Ide ini sangat
bertentangan dengan keyakinan umum bahwa kreativitas itu terbatas hanya dalam
bidang seni, padahal bidang-bidang sains dan mesin pun meningkat karena kreasi
manusia.
4)
Peningkatan berpikir kreatif individu dan kelompok
sama. Individu dan kelompok menimbulkan ide-ide dan produk dalam berbagai hal.
b.
Kreatif dan
Proses Sinektik
Menurut Gordon (dalam Dahlan, 1990)
pemprosesan spesifik dalam sinektik dikembangkan dari seperangkat anggapan
dasar tentang psikologi kreativitas, di antaranya:
1)
Memunculkan proses kreatif menuju kesadaran serta
mengembangkannya secara nyata membantu kreativitas. Kita dapat langsung
meningkatkan kapasitas kreatif baik terhadap individu maupun kelompok.
2)
Komponen emosional lebih penting daripada komponen
intelektual. Kreativitas merupakan pengembangan pola mental baru. Hal-hal yang
bersifat irasional dapat membuka pikiran dan membimbing mental guna
memungkinkan ide-ide baru. Bagaimana pun juga, dasar keputusan itu bersifat
rasional, namun irasionalitas merupakan komponen mental yang penting untuk
menggerakkan dan mengembangkan ide meskipun ia bukan pembuat keputusan. Menurut
Gordon, meskipun logika dipergunakan untuk membuat keputusan dan kemampuan
teknis diperlukan untuk menyusun ide-ide dalam banyak hal, tetapi ia percaya
bahwa kreativitas pada dasarnya merupakan elemen-elemen irasional untuk
meningkatkan pemprosesan intelektual. Banyak pemecahan masalah bersifat
rasional dan intelektual, tetapi jika diganti irasionalitas akan lebih
memungkinkan bangkitnya ide-ide segar.
3)
Elemen-elemen emosional dan irasional harus dipahami
guna meningkatkan kemungkinan sukses dalam situasi problem-solving.
Dengan kata lain, menganalisis kejelasan proses emosional dan irasional dapat
membantu individu dan kelompok untuk meningkatkan kreativitas. Aspek-aspek
irasional dapat dipahami dan mengontrol kesadaran. Kecakapan mengontrol
kesadaran ini melibatkan metafora dan analogi yang merupakan objek sinektik.
c.
Aktivitas
Metafora
Dalam Dahlan (1990), aktivitas
metafora merupakan model sinektik, di mana kreativitas menjadi suatu proses
yang disadari. Metafora-metafora membentuk hubungan persamaan, membedakan obyek
atau ide yang satu dengan yang lainnya dengan mempergunakan pengganti. Obyek
pengganti ini langsung mengilhami proses kreatif dengan cara menghubungkan
sesuatu yang telah dikenal dengan sesuatu yang belum dikenal.
Metafora memperkenalkan konsep jarak
antar siswa dengan obyek, atau subyek lain, mendorong berpikir original.
Misalnya, dapat dikemukakan contoh siswa disuruh memikirkan pelajarannya
sebagai sebuah sepatu tua atau sebuah sungai. Kita memberikan struktur, suatu
metafora, di mana siswa dapat memikirkan segala sesuatu yang telah dikenalnya
melalui suatu pendekatan baru. Sebaliknya
kita dapat menyuruh siswa memikirkan suatu topik baru melalui pendekatan yang
telah diketahuinya dan mereka diminta untuk membandingkannya guna transportasi
sistem. Aktivitas metaforik membantu para siswa untuk dapat menghubungkan
ide-ide dari hal-hal yang telah dikenalnya menuju ke hal-hal baru atau dari
suatu perspektif baru menuju ke hal yang dikenal. Strategi sinektik
mempergunakan aktivitas metaforik yang terencana, memberikan struktur
langsung di mana individu bebas mengembangkan imajinasi dan pemahaman mereka di
dalam aktivitas sehari-hari.
Adapun beberapa tipe analogi yang
dipergunakan sebagai dasar latihan sinektik yaitu:
1)
Analogi personal
Analogi personal, menuntut siswa empati terhadap ide
atau objek yang dibandingkan. Siswa menjadi bagian dari elemen fisik suatu
problema. Identifikasinya mungkin terhadap individu, perencanaan, binatang,
atau benda-benda mati. Analogi personal sangat menekankan keterlibatan
empati. Kerelaan melibatkan diri terhadap obyek sangat dibutuhkan dalam analogi
personal, semakin rela melibatkan diri maka semakin besarlah konsep jarak yang
diperoleh. Besarnya konsep jarak yang ditimbulkan keterlibatan individu dengan
obyek akan lebih memungkinkan perolehan kreasi atau pemahaman baru. Adapun
tingkat keterlibatan individu dalam analogi personal yaitu:
a.
Deskripsi
orang pertama terhadap fakta-fakta
b.
Mengidentifikasi empatetik dengan suatu yang hidup
c.
Identifikasi empatetik dengan benda mati Manfaat
mengenal tingkatan analogi personal ini bukan untuk mengenal bentuk-bentuk
aktivitas metaforik, tetapi untuk memberikan tuntunan bagaimana menetapkan
konsep yang baik. Gordon percaya bahwa dengan analogi akan segera dapat
menciptakan jarak yang besar dan lebih memungkinkan siswa memperoleh ide-ide
baru (dalam Dahlan, 1990).
2)
Analogi langsung Analogi langsung merupakan perbandingan dua
objek atau konsep. Perbandingan tidak harus identik dalam segala hal. Fungsinya
cukup sederhana, yaitu untuk mentransposisikan kondisi-kondisi topik atau
situasi permasalahan asli yang pada situasi lain untuk menghadirkan pandangan
baru tentang gagasan atau masalah (dalam Joyce et al, 2009).
3)
Konflik Padat (Memberi tekanan pada pertentangan)
Dalam Dahlan (1990), memberi tentangan pada
pertentangan umumnya berbentuk dua buah kata yang bertentangan misalnya:
lesu-agresif; kawan-musuh; dan sebagainya. Pertentangan-pertentangan tersebut
memberikan pemahaman yang luas terhadap suatu obyek yang baru. Hal tersebut
dapat merefleksi kecakapan siswa untuk menghubungkan dua kerangka berpikir itu
terhadap suatu obyek. Besarnya jarak antara dua kerangka berpikir itu dapat
meningkatkan fleksibilitas mental.
C.
Karakteristik
Model Sinektik
a.
Sintakmatik
(Tahap-Tahap Model)
Dalam Dahlan (1990), Joyce et al
((2009) dan Sakdiahwati (2008), ada dua strategi dari model pembelajaran
sinektik, yaitu strategi pembelajaran untuk menciptakan sesuatu yang baru (creating
something new) dan strategi pembelajaran untuk melazimkan terhadap sesuatu
yang masih asing (making the strange familiar). Kedua strategi dari
model pembelajaran sinektik dapat dilihat pada tabel berikut.
1)
Strategi Pertama: Menciptakan Sesuatu yang Baru
Tahap
Pertama
Mendeskripsikan
Situasi Saat Ini
|
Tahap
Kedua
Analogi
Langsung
|
Guru
meminta siswa mendeskripsikan situasi atau topik seperti yang mereka lihat
saat ini.
|
Siswa
mengusulkan analogi-analogi langsung, memilihnya, dan mengeksplorasi
(mendeskripsikannya) lebih jauh.
|
Tahap
Ketiga
Analogi
Personal
|
Tahap
Keempat
Konflik
Padat
|
Siswa
“menjadi” analogi yang telah mereka pilih dalam tahap kedua tadi.
|
Siswa
mengambil deskripsi-deskripsi dari tahap kedua dan ketiga, mengusulkan
beberapa analogi konflik dan memilih salah satunya.
|
Tahap
kelima
Analogi
Langsung
|
Tahap
keenam
Memeriksa
Kembali Tugas Awal
|
Siswa
membuat dan memilih analogi langsung yang lain yang didasarkan pada analogi
konflik padat.
|
Guru
meminta siswa kembali pada tugas atau masalah awal dan menggunakan analogi
terakhir dan atau seluruh pengalaman sinektikanya.
|
2)
Strategi Kedua: Membuat Sesuatu yang Asing Menjadi
Familiar
Tahap
Pertama
Input
Tentang Keadaan yang Sebenarnya
|
Tahap
Kedua
Analogi
Langsung
|
Guru
menyediakan informasi tentang topik yang baru
|
Guru
mengusulkan analogi langsung dan meminta siswa menjabarkannya.
|
Tahap
Ketiga
Analogi
Personal
|
Tahap
Keempat
Membedakan
Analogi
|
Guru
meminta siswa “menjadi” analogi langsung.
|
Siswa
mengidentifikasi dan menjelaskan poin-poin kesamaan antara materi baru dengan
analogi langsung
|
Tahap
Kelima
Menjelaskan
Perbedaan
|
Tahap
Keenam
Eksplorasi
(Penjelajahan)
|
Siswa
menjelaskan di mana saja analogi-analogi yang tidak sesuai.
|
Siswa
mengeksplorasikan kembali topik asli.
|
Tahap
Ketujuh
Membuat
Analogi
|
|
Siswa
menyiapkan analogi langsung dan mengeksplorasi persamaan dan perbedaannya.
|
b.
Sistem
Sosial
Dalam Joyce et al (2009), baik
model-model maupun strategi-strategi pengajaran sinektik sebenarnya dapat
disusun dengan mudah, asalkan guru dapat memprakarsai dan membimbing penggunaan
mekanisme-mekanisme operasional. Guru dapat membantu siswa mengintelektualkan
proses-proses mental mereka. Namun, siswa punya kebebasan dalam diskusi terbuka
mereka agar mereka melibatkan diri dalam pemecahan masalah metaforis.
Norma-norma kerja sama, “permainan khayalan”, dan kualitas intelektual dan
emosional penting untuk membangun setting dalam pemecahan masalah secara
kreatif. Reward bersifat internal, datang dari kepuasan dan kenyamanan
siswa dalam aktivitas pembelajaran.
c.
Peran
/ Tugas Guru
Guru
harus memperhatikan menjangkau siswa-siswa mana yang pola pikirnya perlu diatur
sedemikian rupa. Begitu pula mereka perlu mendorong kondisi-kondisi psikologis
yang mungkin dapat ,membangun respon kreatif siswa. Selain itu mereka juga
menggunakan hal-hal yang tidak rasional untuk mendorong siswa-siswa yang enggan
dalam memanjakan hal yang tidak relevan dan perangkat-perangkat lainnya yang
penting untuk memunculkan saluran-saluran pemikiran. Oleh karena guru berposisi
sebagai panutan yang penting dalam metode ini mereka harus belajar menerima
hal-hal yang aneh dan tidak biasa. Mereka harus bisa menerima seluruh respon
siswa untuk meyakinkan bahwa siswa merasa tidak ada penghakiman eksternal
terhadap ekspresi kreatif mereka. Semakin sulit masalah yang dipecahkan,
semakin penting bagi guru untuk menerapkan dan menerima analogi-analogi yang
tidak masuk akal sehingga siswa dapat mengembangkan perspektif-perspektif segar
tentang masalah yang mereka hadapi. Pada strategi yang kedua, hendaknya guru
hati-hati pada analisis yang terlalu dini. Mereka perlu mangklarifikasi dan
meringkas perkembangan aktifitas pembelajaran dan oleh karena itu, perkembangan
perilaku pemecahan masalah siswa.
d.
Prinsip
Reaksi
Guru mencatat ke dalam pola berpikir
yang menetap dan tampak pada individu, dan mengusahakan membangkitkan kemampuan
psikis siswa untuk merespons kreatif. Selanjutnya guru harus memanfaatkan
hal-hal yang bersifat tidak rasional untuk mendorong keengganan kata hatinya,
mengemukakan sesuatu yang tidak relevan, fantasi, simbol-simbol dan sebagainya
sebagai alat proses berpikir. Guru harus menerima semua respons siswa agar
mereka merasa diterima untuk lebih mengembangkan ekspresi kreatifnya. Dalam
strategi kedua, sejak awal siswa dibimbing untuk menganalisis. Guru menjelaskan
dan meringkas kemungkinan aktivitas belajar siswa dan bertingkah laku problem-solving
oleh siswa (dalam Dahlan, 1990).
e.
Sistem
Pendukung
Dalam Joyce et al (2009), pada
hakikatnya siswa tetap membutuhkan fasilitas dari seorang pemimpin yang
kompeten dalam merancang dan menerapkan prosedur-prosedur analisis. Mereka juga
memerlukan, dalam hal masalah-masalah ilmiah atau sains, sebuah laboratorium
yang dapat membangun model-model dan perangkat lain untuk membuat masalah
menjadi konkret dan menciptakan inovasi-inovasi praktis lain.
Bagaimanapun
suatu kelas membutuhkan ruang kerja suatu lingkungan yang di dalamnya
suatu kreativitas bisa dihargai dan digunakan. Ruangan belajar yang biasa
mungkin dapat menyediakan kebutuhan-kebutuhan seperti ini, tetapi kelas yang
sering dirancang dalam bentuk kelompok-kelompok mungkin akan terlalu besar
untuk aktivitas-aktivitas sinektik. Dengan demikian kelompok-kelompok kecil
perlu dibuat.
f.
Penerapan
Sinektik dirancang untuk meningkatkan kreatifitas individu
dan kelompok. Mendiskusikan pengalaman sinektik dapat membangun perasaan
kebersamaan antarsiswa. Siswa belajar tentang kawan sekelasnya saat mereka
merespon gagasan atau masalah. Pemikiran-pemikiran dinilai sebagai kontribusi
potensial dalam proses kelompok. Prosedur-prosedur sinektik membantu
menciptakan komunitas kesetaraan dimana berfikir merupakan
basis tunggal di dalamnya. Standar yang sangat cukup menyenangkan seperti ini
tentu akan memberikan dukungan pada peserta didik yang sangat pemalu.
Prosedur-prosedur sinektik bisa diterapkan pada siswa dalam semua bidang
kurikulum, baik sains maupun seni. Prosedur-prosedur ini dapat dihubungkan
dengan diskusi guru-siswa dalam kelas dan pada materi-materi yang dibuat guru
siswa. Hasil atau kendaraan aktivitas sinektik tidak selalu harus ditulis;
hasil ini dapat dilisankan, atau hasil-hasil tersebut dapat berbentuk
aktifitas-aktifitas bermain peran (role plays), seperti melukis dan
menggambar, atau perubahan-perubahan dalam perilaku. Ketika menggunakan
sinektik untuk melihat massalah-masalah sosial atau perilaku anda mungkin ingin
memberitahukan perilaku situasional sebelum dan sesudah aktivitas sinektik,
serta mengamati perubahan- perubahan. Hal ini juga menarik dilakukan untuk
memilih gaya-gaya akspresif yang berbeda dengan topik awal, seperti meminta
siswa melukis gambar tentang kerugian atau diskriminasi. Konsep abstrak, tetapi
gaya ekspresinya harus konkret. Sinektik dapat diterapkan pada siswa di semua
tingkatan umur, meskipun dengan siswa yang sangat muda, sinektik adalah cara
terbaik untuk memberikan latihan-latihan peregangan (stretching exercises).
Lebih dari itu pengaturannya juga sama seperti pendekatan laian dalam
pengajaran –cermat bekerja dalam pengalaman, memperkaya penggunaan materi yang
konkret, menerapkan secara hati-hati, dan merangkum prosedur-prosedur dengan
jelas. Model ini sering kali berfungsi secara efektif, khususnya pada
siswa-siswa yang mundur dari aktifitas-aktifitas pembelajaran akademik karena
tidak rela untuk mengambil risiko yang salah. Sebaliknya siswa-siswa yang
unggul yang hanya merasa nyaman saat memberikan respon yang mereka yakini benar
sering kali merasa segan untuk berpartisipasi. Untuk alasan ini kami percaya
bahwa sinektik bernilai bagi semua orang. Sinektik berkombinasi dengan
model-model lain dengan mudah. Ia dapat memperpanjang konsep-konsep untuk
dieksplorasi dengan kelompok model pengajaran memproses informasi; membuka
dimensi-dimensi problem sosial yang dieksplorasi melalui bermain peran,
investigasi kelompok, atau berfikir yurisprudensi; dan mengembangkan kekayaan
masalah dan perasaan-perasaan yang dikuak oleh model-model lain dalam kelompok
model pengajaran personal. Penerapan model sinektik yang paling efektif selalu
berkembang setiap waktu ia memiliki hasil jangka pendek dalam memperluas
pandangan tentang konsep dan masalah, tetapi ketika siswa diekspos untuk
menerapkan model ini secara berulang-ulang maka mereka dapat belajar bagaimana
menggunakannya dengan cara meningkatkan keterampilan dan mereka belajar memasuki
gaya metaforis dengan cara meningkatkan ketenangan dan kesempurnaan. Strategi
ini secara umum cukup atraktif, dan kombinasi keberuntungannya dalam
meningkatkan pemikiran produktif, empati yang mendidik, dan kedekatan
impersonal menjadikannya dapat diterapkan pada siswa diseluruh tingkatan umur
dan semua bidang kurikulum.
D.
Kelebihan
dan Kekurangan Model Pembelajaran Sinektik
a.
Kelebihan
1)
Strategi ini bermanfaat untuk mengembangkan pengertian
baru pada diri siswa tentang suatu masalah sehingga dia sadar bagaimana
bertingkah laku dalam situasi tertentu.
2)
Strategi ini bermanfaat karena dapat mengembangkan
kejelasan pengertian dan internalisasi pada diri siswa tentang materi baru.
3)
Strategi ini dapat mengembangkan berpikir kreatif,
baik pada diri siswa maupun guru.
4)
Strategi ini dilaksanakan dalam suasana kebebasan
intelektual dan kesamaan martabat antara siswa.
5)
Strategi ini membantu siswa menemukan cara berpikir
baru dalam memecahkan suatu masalah.
b.
Kelemahan
1)
Sulit dilakukan oleh guru dan siswa yang sudah
terbiasa menggunakan cara lama yang menekankan pada penyampaian informasi.
2)
Metode ini menitikberatkan pada berpikir
reflektif dan imajinatif dalam situasi tertentu, maka kemungkinan besar
siswa kurang menguasai fakta-fakta dan prosedur pelaksanaan atau keterampilan.
3)
Kurang memadahinya sarana dan prasarana pendidikan di
sekolah-sekolah.
Sumber:
Abdul Rosid.
2011. Bab V Model Sinektik Dalam
Pembelajaran Analisis Stilistika dan Nilai Budaya Puisi Indonesia. [Online] Tersedia: http://repository.upi.edu/9489/7/t_ind_0909625_chapter5.pdf [Diaskes
12 Oktober 2017]
Hestu
Pratiwi. 2011. Model
Pembelajaran "SINEKTIK". [Online] Tersedia: http://hevyhestupratiwi.blogspot.co.id/2011/12/model-pembelajaran sinektik.html [Diaskes 12
Oktober 2017]
Joyce, Weil,
& Calhoun. 2011. Models of Teaching,
Model-Model Pengajaran (edisi kedelapan). Terj. Achmad Fawaid dan Ateilla
Mirza. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mutiara
Hawa. 2012. Pengembangan Sistem
Pembelajaran Model Sinektiks. [Online] Tersedia: http://kurnia-mutiarahawa.blogspot.co.id/2012/05/sinektiks.html [Diaskes 12 Oktober 2017]
Widiarti.
2013. Keefektifan
Model Sinektik Dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Purworejo. [Online] Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/18253/1/Widiarti%2009201244013.pdf [Diaskes 12
Oktober 2017]
Komentar
Posting Komentar