MODEL PENELITIAN ILMIAH DAN LATIHAN PENELITIAN



MODEL PENELITIAN ILMIAH DAN LATIHAN PENELITIAN

A.      Model Pembelajaran Scientific Inquiry (Penelitian Ilmiah)
1.    Orientasi Model
Hakikat pendekatan pembelajarn Biological Sciences Curriculum Study (BSCS) adalah mengajarkan siswa untuk memproses informasi dengan menggunakan teknik-teknik yang pernah digunakan oleh para peneliti biologi misalnya dengan mengidentifikasi masalah-masalah dan menggunakan metode tertentu untuk memecahkan masalah tersebut. BSCS menekankan isi dan proses. Penekanan pertama isi, berkaitan dengan perilaku manusia dalam ekologi bumi. Sedangkan, penekanan kedua proses berhubungan dengan penelitian sains/ilmiah.
Untuk membantu siswa memahami tujuan/sifat sains, strategi-strategi yang dikembangkan oleh panitia BSCS telah memperkenalkan metode-metode biologi pada siswa. Selain itu, pada saat yang sama, mereka juga memperkenalkan ide-ide dan fakta-fakta.
BSCS menggunakan beberapa teknik untuk mengajarkan sains sebagai penelitian. Pertama, menggunakan banyak pernyataan yang mengungkapkan sifat/tujuan sains yang belum pasti. Kedua, dalam meletakkan pernyataan kesimpulan, BSCS menggunakan apa yang disebut dengan narasi penelitian, bahwa guru harus menggambarkan latar belakang gagasan-gagasan penting tentang biologi dan mengikutsertakan metode penelitian dalam bidang biologi itu sendiri. Ketiga, kajian laboratiorium disusun untuk mengajak siswa melakukan penelitian masalah-masalah, lebih dari sekedar mengilustrasikan teks/tulisan. Keempat, program-program laboratorium didesain dalam bentuk kelompok-kelompok yang melibatkan siswa dalam penelitian tentang suatu masalah biologi yang benar-benar nyata.

2.    Model Pengajaran
Model pengajaran scientific inquiry dirancang untuk melibatkan siswa dalam masalah penelitian yang benar-benar orisinil dengan cara menghadapkan siswa pada bidang investigasi, membantu siswa mengidentifikasi masalah konseptual atau metodologis dalam bidang tersebut, dan mengajak siswa untuk dapat merancang cara untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan demikian, siswa dapat mengetahui bagaimana suatu pengetahuan dibuat dan dibangun dalam komunitas para ilmuan. Pada waktu yang sama, siswa juga akan menghargai pengetahuan sebagai hasil dari proses penelitian yang melelahkan dan mungkin juga akan belajar keterbatasan-keterbatasan dan keungulan-keunggulan pengetahuan masa kini. Model pengajaran ini terdiri atas:
a)         Syntax (Struktur Pengajaran)
Struktur dalam model pengajaran penelitian ilmiah ini memiliki banyak bentuk. Pada dasarnya, hal ini meliputi elemen-elemen atau tahapan-tahapan seperti berikut ini, meskipun unsur-unsur atau tahapan-tahapan tersebut bisa saja dijalankan dalam suatu rangkaian pengajaran yang cukup lama. Joyce & Weil (2011: 195) mengemukakan pembelajaran model scientific inquiry memiliki empat tahapan pokok, yaitu:
1)         Siswa disajikan Bidang Penelitian
Menyajikan suatu bidang penelitian kepada siswa, yang meliputi metodologi-metodologi yang digunakan dalam penelitian tersebut.
2)         Siswa Mendesain Masalah
Masalah mulai disusun sehingga siswa dapat mengidentifikasi masalah yang terdapat dalam penelitian tersebut. Pada tahap ini, bisa saja siswa akan mengalami beberapa kesulitan yang harus mereka atasi, seperti  interpretasi data, generalisasi data, kontrol ujicoba, atau pembuatan kesimpulan.
3)         Siswa Mengidentifikasi Masalah Dalam Penelitian
Siswa diminta untuk berspekulasi tentang masalah tersebut; sehingga mereka dapat mengidentifikasi kesulitan dalam proses penelitian.
4)         Siswa Memperkirakan Cara-Cara untuk Memperjelas Kesulitan Dalam Penelitian
Siswa diminta untuk berspekulasi tentang cara untuk mengatasi kesulitan tersebut, dengan merancang kembali ujicoba, mengolah data dengan cara yang berbeda, mengeneralisasikan data, mengembangkan konstruk, dan sebagainya

b)         Social System (Sistem Sosial)
Dalam model pembelajaran ini, iklim yang kooperatif sangat dianjurkan. Oleh karena siswa benar-benar dimasukan ke dalam komunitas peneliti yang menggunakan teknik ilmiah. Siswa perlu menghipotesis secara cermat, menantang bukti, mengkritisi rancangan penelitian, dan sebagainya. Selain menerima ketatnya penelitian, siswa juga harus mengakui sifat pengetahuan mereka itu tentatif dan terus berkembang sebagai suatu disiplin dengan tetap berpegang teguh pada pendekatan mereka terhadap disiplin-disiplin ilmiah yang telah berkembang dengan baik.

c)         Principles of Reaction ( Peran atau Tugas Guru)
Tugas guru adalah membimbing, melatih, dan mendidik siswa dengan menekankan pada proses penelitian dan membujuk siswa untuk bercermin pada proses tersebut. Guru harus berhati-hati, karena mengidentifikasi fakta bukanlah persoalan utama yang patut ditekankan dalam penelitian. Lebih jauh, yang terpenting dalam hal ini adalah bagaimana guru dapat mendorong siswa menghadapi persoalan penelitian yang rumit dengan baik dan cermat. Guru harus mengarahkan siswa untuk membuat hipotesis, penafsiran data, interpretasi data, mengembangkan konstuk, yang juga merupakan bagian dari cara-cara mereka mengidentifikasi realitas yang terus berkembang.

d)        Support System (Sistem Pendukung)
Model ini memerlukan ketrampilan instruktur yang fleksibel dan terampil dalam proses penelitian, yang dapat menyediakan bidang-bidang penelitian yang orisinil, masalah-masalah pengiringnya dan sumber-sumber data yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian. Selain itu, sistem dukungan yang lain dapat berupa perangkat-perangkat yang memadai untuk melancarkan penerapan beberapa tugas tersebut di atas.

3.       Application (Penerapan)
Ada banyak model-model pengajaran yang berorientasi pada penelitian. Semuanya kebanyakan dibangun berdasarkan konsep-konsep dan metode-metode disiplin tertentu. Konsepsi psikologi sosial yang dijalankan oleh para pembuat kurikulum dalam strategi pengajaran yang membimbing siswa untuk mempraktekan psikologi sosial.
Siswa membandingkan analisisnya tentang contoh-contoh sehingga mereka dapat mengecek penelitian dan dugaan satu sama lain hingga tuntas, serta mulai bersiap diri. Pada akhirnya, guru mulai merancang kembali serangkaian aktivitas pengajaran yangk memperkenalkan pad siswa eksperimentasi-eksperimentasi para pakar psikososial yang telah menghasilkan teori-teori menarik tentang perilaku yang bersahabat dan tidak bersahabat serta kerja sama dan kompetensi.
Pendekatan ini fokus pada bagaimana guru mampu membimbing siswa dalam mengkaji interaksi manusia, menyediakan kerangka rujukan akademik dan teknik untuk menguraikan dan melakukan penelitian, dan melibatkan merek dalam penelitian terhadap perilaku mereka sendiri dan sesama. Apalagi, para instruktur yang benar-benar ahli dalam disiplin ilmu tertentu mampu membangun sendiri materi yang berorientasi penelitian.
B.       Model Pembelajaran Inquiry Training (Latihan Penelitian)
Model inquiry training dikembangkan oleh Richard Suchman (Dalam Joyce & Weil 2011 : 200) untuk mengajarkan siswa proses dalam meneliti dan mencari penjelasan tentang fenomena yang jarang terjadi. Model Suchman ini melibatkan siswa dalam versi-versi kecil tentang jenis-jenis prosedur yang digunakan oleh para sarjana untuk mengolah pengetahuan dan menghasilkan prinsip-prinsip. Didasarkan pada konsep metode ilmiah, ia mencoba untuk mengajarkan kepada siswa beberapa keterampilan dan bahasa penelitian ilmiah.
Suchman mengembangkan modelnya dengan menganalisis metode-metode yang telah digunakan oleh para peneliti kreatif, khususnya penelitian di bidang fisika. Saat dia mengidentifikasi unsur-unsur proses penelitian mereka, ia membentuknya menjadi suatu model pembelajaran yang kemudian kita kenal dengan model inquiry training.
Dalam model inquiry training terdapat tiga prinsip, yaitu: (1) pengetahuan bersifat tentatif, (2) manusia memiliki sifat ingin tahu yang alamiah, dan (3) manusia mengembangkan individualitas secara mandiri. Prinsip pertama menghendaki proses penelitian secara berkelanjutan, prinsip kedua mengindikasikan pentingkan siswa melakukan eksplorasi, dan yang ketiga (kemandirian) akan bermuara pada pengenalan jati diri dan sikap ilmiah.
1.    Orientasi Model Pengajaran
Model penelitian ini berawal dari sebuah kepercayaan dalam upaya pengembangan para pembelajar yang mandiri; metodenya mensyaratkan artisipasi aktif siswa dalam penelitian ilmiah. Siswa sebenarnya memiliki rasa ingin tahu dan hasrat yang besar untuk tumbuh berkembang; dan latihan penelitian memanfaatkan eksplorasi kegairahan alami mereka, menberikan mereka arahan-arahan khusus sehingga mereka dapat mengeksplorasi  bidang-bidang baru secara efektif. Tujuan umum latihan penelitian adalah membantu siswa mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan yang mempuni untuk meningkatkan pertanyaan-pertanyaan dan pencarian jawaban yang terpendam dari rasa keingintahuan mereka.

2.      Overview Strategi Pengajaran
Mengikuti keyakinan Suchman bahwa individu-individu memiliki motivasi alamiah untuk melakukan penelitian, model latihan penelitian ini dibangun berdasarkan pertentangan-pertentangan intelektual. Siswa dihadapkan pada situasi yang membingungkan dan diminta untuk menelitinya. Segal hal yang misterius, tak terduga, dan tak dikenal merupakan salah satu karakteristik dari peristiwa yang membingungkan tersebut. Oleh karena itu tujuan inti dari pembelajaran ini dalah memberikan siswa pengalaman dalam membangun pengetahuan baru, pertentangan-pertentangan yang dimunculkan seharusnya didasarkan pada gagasan-gagasan yang dapat diteliti.

3.      Model Pengajaran
a)      Syntax (Struktur Pengajaran)
Joyce & Weil (2011 : 206) mengemukakan pembelajaran model inquiry training memiliki lima tahapan, yaitu:
Tahap satu:
Menghadapkan pada masalah
Tahap dua:
Pengumpulan data – verifikasi
-          Menjelaskan prosedur-prosedur penelitian
-          Menjelaskan perbedaan-perbedaan
-          Memverfikasi hakikat objek dan kondisinya.
-          Memverifikasi peristiwa dari keadaan permasalahan
Tahap tiga:
Pengumpulan data – Eksperimentasi
Tahap empat:
Mengolah, memformulasi suatu penjelasan
-          Memisahkan variabel yang relevan.
-          Menghipotesiskan (serta menguji) hubungan kausal.
-          Memformulasikan aturan dan penjelasan
Tahap lima:
Analisis proses penelitian
-          Menganalisis strategi penelitian dan mengembangkan yang paling efektif

b)      Sistem Sosial
Model latihan penelitian dapat dirancang dengan baik, dengan guru yang mengontrol interaksi dan meresapkan prosedur-prosedur penelitian. Meski demikian, standar penelitian adalah kerjasama, kebebasan intelektual, dan keseimbangan.
Interaksi antara siswa seharusnya juga didorong. Lingkungan intelektual terbuka untuk semua gagasan yang relevan, guru dan siswa seharusnya berpartisipasi secara sejajar di mana gagasan-gagasan bisa saling terhubung satu sama lain.

c)       Peran/ Tugas Guru
1.      Menyakinkan bahwa pertanyaan-pertanyaan diutarakan dengan baik sehingga pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan Ya atau Tidak dan subtansi pertanyaan itu tidak mengharuskan guru melakukan penelitian
2.      Meminta siswa untuk mengutarakan kembali pertanyaan yang kurang baik
3.      Menegaskan/menunjukan poin-poin yang tidak disahkan – contoh, “kami tidak menegaskan bahwa ini adalah cairan”
4.      Menggunakan bahasa proses penelitian – contoh, mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan siswa sebagai teori dan mengajak siswa melakukan pengujian (bereksperimentasi)
5.      Mencoba menyediakan lingkungan intelektual yang bebas dengan tidak menilai teori-teori siswa secara keras
6.      Mendesak siswa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan teori yang lebih jelas dan menyediakan dukungan dalam menggeneralisasi teori itu
7.      Mendorong interaksi antara siswa

d)      Support System (Sistem Pendukung)
Model ini memerlukan dukungan yang optimal, yakni: (1) seperangkat bahan/materi yang mengonfrontasi, (2) seorang guru yang memahami proses intelektual dan strategi penelitian, (3) materi-materi sumber yang menopang suatu permasalahan.

4.      Application (Penerapan)
Walaupun latihan penelitian pada awalnya dikembangkan untuk ilmu alam, prosedur-prosedurnya dapat pula digunakan dalam semua bidang; semua topik yang dapat dirumuskan menjadi situasi yang membingungkan (puzzling situation) dapat menjadi calon data untuk latihan penelitian ini. dalam kesusastraan, misteri pembunuhan dan cerita-cerita atau plot-plot fiksi sains dapat menjadi situasi yang benar-benar membingungkan. Artikel-artikel koran tentang situasi-situasi yang aneh atau mustahil dapat digunakan untuk membangun peristiwa-peristiwa yang merangsang. Ilmu sosial juga menekan bergaman kemungkinan untuk latihan penelitian ini.
Penciptaan situasi yang membingungkan merupakan tugas yang sangat penting karena ia mentransformasi isi kurikulum ke dalam masalah-masalah untuk dieksplorasi. Namun, jika suatu materi pelajaran ternyata tidak menyediakan suatu peristiwa yang cocok untuk dijadikan situasi permasalahan, kami menyarankan agar guru membuat pernyataan permasalahan (problem statement) bagi siswa dan lembar fakta/bukti bagi diri mereka sendiri. Pernyataan masalah ini harus menggambarkan adanya suatu kejadian yang berbeda, yang lain, atau yang tidak biasa, sekaligus menyediakan informasi yang dapat didiskusikan dengan dan oleh siswa. Sedangkan lembar fakta/bukti memberikan informasi lebih lanjut pada guru tentang masalah tersebut, dan guru menggambarkannya untuk merespons pertanyaan siswa.

Kelebihan dan Kekurangan
Adapun kelebihan dari penerapan model pembelajaran latihan penelitian, diantaranya:
1. Pembelajaran terorganisasi secara terstruktur dengan guru mengendalikan keseluruhan proses interaksi.
2. Menerapkan prinsip kerja sama, kebebasan intelektual, dan kesamaan derajat.
3. Teori yang disampaikan dapat langsung diterapkan.
4. Melatih kemandirian siswa.
5. Melatih keterampilan ilmiah siswa.
6. Memiliki toleransi terhadap hasil yang tidak pasti.
Adapun kelemahan dari penerapan model pembelajaran latihan penelitian, antara lain:
1.  Sulit untuk mengkondisikan durasi pembelajaran.
2.  Memerlukan peralatan yang lengkap untuk proses penelitian
3. Guru harus lebih ekstra dalam mendisiplinkan siswa, sehingga siswa belajar sesuai prosedur kegiatan penelitian.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat ditarik garis besar bahwa model pembelajaran latihan penelitian dilakukan berdasarkan masalah penelitian yang ditemukan. Dengan kata lain, pada prosesnya siswa berupaya untuk mengumpulkan dan menganalisis data untuk mencari jawaban atas permasalahan yang ditemukan. Penerapan model ini dapat melatih keterampilan ilmiah siswa berupa keterampilan mengobservasi, mengolah data, mengidentifikasi, mengontrol variabel, merumuskan dan menguji hipotesis serta menarik kesimpulan. Dengan demikian, siswa dilatih untuk membiasakan diri menggunakan metode penelitian ilmiah dalam bentuk yang telah disederhanakan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RUMPUN MODEL PEMBELAJARAN SISTEM PERILAKU

RUMPUN MODEL PEMBELAJARAN PERSONAL

MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK