MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI
MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI
Orientasi Model Pembelajaran
Simulasi
Model pembelajaran Simulasi dapat digunakan sebagai metode
mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara
langsung pada objek yang sebenarnya. Menurut Joyce & Weil (2009:434-435)
sebuah pembelajaran yang memasukkan
bagian-bagian dalam dunia nyata disederhanakan dan disajikan dalam ruang kelas. Usaha ini dilakukan dalam rangka memperkirakan kondisi serealistis
mungkin sehingga konsep yang dipelajari dan solusi yang dikembangkan dapat benar-benar
dipraktikkan dalam dunia nyata. Menurut Pusat Bahasa Depdiknas (2005)
simulasi adalah satu metode pelatihan yang memperagakan sesuatu dalam
bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya. Metode simulasi
merupakan salah satu metode mengajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran
kelompok. Kegiatan simulasi dapat dilakukan oleh siswa pada kelas tinggi di
Sekolah Dasar. Dalam pembelajaran, siswa akan dibina kemampuannya berkaitan
dengan keterampilan berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok. Disamping itu, dalam metode simulasi siswa diajak untuk bermain
peran beberapa perilaku yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Sistem Sosial
Karena guru telah
memilih aktivitas simulasi dan dengan cermat mengarahkan siswa pada aktivitas
yang telah digambarkan, sistem sosial dalam simulasi sangat kental. Namun,
dalam sistem yang terstruktur ini, lingkungan pembelajaran dengan interaksi
kooperatif bisa, dan seharusnya, berkembang. Kesuksesan terakhir dalam simulasi
sebenarnya, juga ditentukan oleh kerja sama dan kemauan untuk berpartisipasi
dalam diri siswa. Dengan bekerja sama, siswa bisa saling membagi gagasan,
saling mengevaluasi antar teman sebaya, namun tidak dengan evaluasi guru.
Sistem sosial ini seharusnya menyenangkan dan penuh dengan kerja sama.
Peran/Tugas
Guru
Peran guru tidak jauh
berbeda dengan fasilitator. Selama proses simulasi, ia harus menekankan
perilaku yang tidak evaluative namun tetap supportif. Guru, di sini bertugas
untuk menyajikan, lalu memfasilitasi pemahaman dan penafisiran tentang aturan
dalam aktifitas simulasi.
Sistem
Pendukung
Ada banyak sumber dalam
hal ini. Misalkan saja, Social Scienc Education Consortium Data Book yang
menyajikan lebih dari lima puluh simulasi yang cocok digunakan dalam studi
sosial. Secara regular, simulasi di-review dalam Jurnal Social Education.
Banyak simulasi computer telah dikembangkan pada tahun-tahun belakangan ini dan
sangat mudah dipraktikan.
Sintak
Model Pembelajaran Simulasi
Tahap pertama:
Orientasi
|
Tahap kedua:
Latihan partisipasi
|
-
Menyajikan
topic luas mengenai simulasi dan konsep yang akan dipakai dalam aktivitas
simulasi.
-
Menjelaskan
simulasi dan permainan.
-
Menyajikan
ikhtisar simulasi.
|
-
Membuat
skenario (aturan, peran, prosedur, skor, tipe keputusan yang akan dipilih,
dan tujuan).
-
Menugaskan
peran.
-
Melaksanakan
praktik dalam jangka waktu yang singkat.
|
Tahap ketiga:
Pelaksanaan simulasi
|
Tahap keempat:
Wawancara partisipan (satu atau semua aktivitas
berikutnya)
|
-
Memimpin
aktivitas permainan dan administrasi permainan.
-
Mendapatkan
umpan balik dan evaluasi (mengenai penampilan dan pengaruh keputusan).
-
Menjelaskan
kesalahan konsepsi.
-
Melanjutkan
simulasi.
|
-
Menyimpulkan
kejadian dan persepsi.
-
Menyimpulkan
kesulitan dan pandangan-pandangan.
-
Menganalisis
proses.
-
Membandingkan
aktivitas simulasi dengan dunia nyata.
-
Menghubungkan
aktivitas simulasi dengan materi pelajaran.
-
Menilai dan
kembali merancang simulasi.
|
Kelebihan:
1. Dapat
dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya
kelak.
2. Dapat
mengembangkan kreativitas siswa.
3. Dapat
memupuk keberanian dan percaya diri.
4. Memperkaya
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai
situasi sosal yang problematis.
5. Dapat
meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.
1. Pengalaman
yang diperoleh tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.
2. Jika
pengelolaan kurang baik, seringkali simulasi dijadikan sebagai alat hiburan,
sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
3. Faktor
psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa dalam melakukan
simulasi.
Komentar
Posting Komentar