MODEL BERPIKIR INDUKTIF



A.      KONSEP MODEL BERPIKIR INDUKTIF
Inductive thinking (berpikir induktif) merupakan suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari hal yang bersifat khusus menuju hal yang bersifat umum (Sagala, 2008). Model pembelajaran berpikir induktif (inductive thinking) menurut Hilda Taba ini juga dikembangkan atas dasar konsep proses mental siswa dengan memperhatikan proses berpikir siswa untuk menangani informasi dan menyelesaikannya. Atas dasar cara berpikir induktif tersebut, model pembelajaran ini menekankan pengalaman lapangan seperti mengamati gejala atau mencoba suatu proses kemudian mengambil kesimpulan.
Belajar bagaimana berfikir secara induktif menurut Hilda Taba merupakan tujuan yang sangat penting dan siswa perlu memperaktikannya, tidak hanya diajarkan tentang konsep-konsep itu saja. Pedoman pedoman dalam membentuk lingkungan tersebut digunakan untuk merancang pelajaran dan bagian-bagiannya yaitu:
1.         Fokus, membantu siswa untuk berkonsentrasi pada suatu ranah (bidang penelitian) yang dapat mereka kuasai, tanpa menciutkan hati mereka yang justru tidak dapat membuat mereka tidak dapat mennggunakan seluruh kemampuannya untuk menghasilkan gagasan. Hal utama yang harus kita lakukan untuk mewujudkannya adalah dengan menyajikan seperangkat data yang menyediakan informasi dalam suatu bidang mata pelajaran tertentu dan meminta mereka mempelajari sifat-sifat objek dalam perangkat data tadi;
2.         Pengawasan atau kontrol konseptual, membantu siswa mengembangkan pemahaman konseptual tentang ranah tertentu. Sebuah langkah menuju pengawasan konseptual yang akan muncul saat mereka menambah data yang lebih banyak lagi pada perangkat mereka dan mengembangkan kategori-kategori yang lebih tinggi, memperoleh metakontrol dengan mengembangkan hirarki konsep-konsep untuk mendapatkan pemahaman lebih jauh tentang ranah tertentu;
3.         Mengkonversi pemahaman konseptual menjadi keterampilan,mereka akan mampu membuat seperangkat data yang memungkinkan mereka untuk membandingkan dan membedakan seluruh kawasan tersebut satu sama lain (Joyce, 2011: 100).
Model pembelajaran berpikir induktif memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.      Digunakan untuk mengajarkan konsep dengan menggeneralisasi.
2.      Efektif untuk memotivasi siswa dalam pembelajaran.
3.      Mengembangkan keterampilan proses siswa dalam belajar.
4.      Menumbuhkan minat siswa karena partisipasi siswa dalam melakukan observasi sangat mendapat penekanan dan siswa secara maksimal diberi kesempatan untuk aktif (proses utama dalam model pembelajaran induktif adalah aktivitas siswa).
5.      Mengembangkan sikap positif terhadap objek

B.       Sintaks Model Pembelajaran Berpikir Induktif
Pelaksanaan model pembelajaran induktif dengan menerapkan beberapa sintaks yang berpotensi mengatur kegiatan belajar mengajar menjadi terarah dan pemanfaatan waktu yang efisien. Model pembelajaran induktif mempunyai enam sintaks yaitu pendahuluan, menyusun kategori dan membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok diskusi, mengidentifikasi hubungan antara data atau masalah, membimbing diskusi dan menyelesaikan tugas kelompok, memprediksi pemahaman konsep menjelaskan fenomena-fenomena dan menguji hipotesis, memberikan umpan balik tahap verifikasi, prediksi serta menyimpulkan data.

1.      Sintak yang pertama, pendahuluan yaitu guru mengaitkan pembelajaran sekarang dengan pembelajaran sebelumnya, memberikan motivasi kepada siswa, memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui konsep-konsep prasyarat yang sudah dikuasai oleh siswa dan menyebutkan tujuan pembelajaran. Pada tahap ini siswa diberikan kesempatan untuk mengasah kemampuan berpikir berdasarkan pengetahuan awal siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru.
2.      Sintaks yang kedua, menyusun kategori dan membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok diskusi, yaitu memberikan siswa kesempatan untuk membentuk kelompok-kelompok secara heterogen, menugaskan siswa berdiskusi terkait kategori topik yang sudah diberikan pada kelompok. Pada tahap ini siswa diberikan kategori-kategori materi yang didiskusikan melalui kelompok-kelompok belajar. Kategori materi yang ditentukan oleh guru sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sehingga siswa secara berkelompok dapat membangun konsep-konsep materi pembelajaran dengan tepat.
3.      Sintak ketiga, mengidentifikasi hubungan antara data atau masalah yaitu menugaskan siswa untuk menjawab soal kelompok yang diberikan dan menyusun jawaban dari permasalahan yang diberikan, guru memberikan tanya jawab secara berkelompok untuk memahami hubungan antara data atau masalah.
4.      Sintak keempat, membimbing diskusi dan menyelesaikan tugas kelompok yaitu guru membimbing dan menjadi fasilitator jika ada yang kurang dimengerti siswa saat berdiskusi dalam kelompok, menugaskan siswa mengumpulkan hasil kerja kelompok pada batas waktu yang ditentukan. Pada tahap ini peran guru dalam kegiatan belajar mengajar berpengaruh terhadap ketuntasan dari penyelesaian tugas-tugas kelompok yang sudah diberikan. Guru mampu mengarahkan siswa dalam pengerjaan tugas kelompok sehingga tugas yang dikerjakan secara berkelompok dapat selesai pada waktu yang sudah ditentukan.
5.      Sintak kelima, memprediksi pemahaman konsep, menjelaskan fenomena-fenomena dan menguji hipotesis yaitu mempersiapkan siswa untuk diskusi antar kelompok belajar, menugaskan perwakilan dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok sesuai dengan topik yang sudah diberikan, memberikan kesempatan bagi anggota kelompok lain menanggapi hasil diskusi dari kelompok presentasi. Pada tahap ini siswa mengasah kemampuan berpikir kreatifnya, siswa sudah mampu untuk berbagi konsep-konsep yang sudah dipahami secara berkelompok dengan berdiskusi secara bersama-sama dengan kelompok lainnya.
6.      Sintak keenam, memberikan umpan balik, tahap verifikasi, prediksi serta menyimpulkan data yaitu guru mengecek dan memberikan umpan balik terhadap tugas yang sudah dikerjakan oleh siswa, guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap dasar teori atau argumen yang memperkuat hipotesisnya kemudian menyimpulkan prediksi dan hasil diskusi secara benar. Pada tahap terakhir ini guru memberikan evaluasi terhadap konsep-konsep yang sudah dipelajari oleh siswa secara keseluruhan yang kemudian guru bersama siswa menyimpulkan secara benar kategori-kategori khusus dari materi yang diberikan sehingga membentuk suatu konsep umum dari materi pembelajaran tersebut.
Pemikiran-pemikiran tentang perancangan lingkungan pembelajaran
 Hilda Taba (1966-1967) sangat penting dalam penerapan model induktif di kelas kita. Taba dapat disebut sebagai orang pertama yang mempopulerkan istilah strategi pengajaran dan membentuk model induktif sehingga strategi dan model tersebut bisa digunakan dengan mudah untuk merancang kurikulum dan pembelajaran.
1.      Sistem social
Dalam model ini, atmosfir kelas bersifat kooperatif. Saat guru mulai dianggap sebagai insiator tahap-tahap pengajaran dan penentu rangkaian aktivitas pembelajaran maka dia harus bertanggung jawab melakukan control pada siswa dengan cara kooperatif. Namun, demikian karena siswa belajar strategi-strategi tersebut, mereka tentu akan berasumsi bahwa dirinyalah pengontrol paling hebat.
2.      Peran/tugas guru
Taba memberikan pedoman pada guru dalam meberikan tanggapan dan respons di setiap pengajaran. Ketika menggunakan tugas-tugas kognitif dalam setiap strategi pengajaran, guru harus yakin bahwa tugas-tugas kognitif tersebut muncul dengan intruksi yang optimal.  Tugas mental utama guru dalam cara kerja strategi-strategi ini adalah memonitor bagaimana siswa memproses informasi dan kemudian mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang relevan. Tugas penting bagi guru adalam merasakan kesiapan siswa untuk menjalani pengalaman-pengalaman dan aktivitas-akitivitas kognitif yang baru, dengan cara mengasimilasikan dan menggunakan pengalaman-pengalaman ini.
3.      Sistem Pendukung
Model ini dapat diterapkan dalam berbagai bidang kurikulum yang di dalamnya ada banyak data mentah yang perlu diolah. Contoh, dalam mengkaji aspek-aspek ekonomi bebagai negara, siswa memerlukan jumlah data ekonomi yang banyak tentang negara-negara tersebut dan static-statik tentang berbagai peristiwa dunia. Kemudian tugas guru adalah membantu mereka memproses data tersebut dengan cara yang lebih kompleks, dan pada waktu bersamaan membantu mereka meningkatkan kapasitas umum sistem-sistem pendukung seperti di atas saat memproses data.
4.      Penerapan
Penerapan utama dari model ini adalah mengembangkan kapasitas berpikir. Bagaimanapun, dalam hal mengembangkan kapasitas berpikir, siswa perlu dituntut untuk mencerna dan memproses berbagai informasi. Model ini dapat diterapkan dalam setiap bidang kurikulum dari TK hingga sekolah tinggi. Menginduksi siswa untuk melampaui data yang diberikan merupakan upaya sadar untuk meningkatkan pola berpikir produktif dan kreatif. Proses-proses induktif kemudian meliputi pemrosesan informasi secara kreatif, seperti penggunaan informasi secara konvergen untuk memecahkan masalah.
Model pembentukan konsep dapat diterapkan pada seluruh siswa disegala umur, dari taman kanak-kanak hingga sekolah pasca. Dalam model ini siswa mengumpulkan informasi dan mengujinya dengan teliti, mengolahnya menjadi konsep-konsep, dan belajar meningkatkan kemampuan siswa untuk menggunakan perspektif yang berbeda, dari sudut pandang mana mereka memandang suatu informasi.
Contoh, jika sekelompok siswa secara berkala melibatkan diri dalam aktivitas induktif, kelompok tersebut bisa saja disajikan lebih banyak sumber data. Siswa- siswa ini dapat belajar menguji data dari berbagai sisi dan memeriksa seluruh aspek objek dan kejadian. Bayangkan siswa-siswa yang mempelajari masyarakat, misalnya; kita bisa berharap bahwa data yang mereka kumpulkan pertama kali pasti dangkal, tetapi penelitian canggih mereka yang terus meningkat pada akhirnya akan memunculkan lebih banyak hal yang dapat mereka gunakan untuk mengklasifikasikan data tadi. Selain itu, jika siswa dalam satu kelas bekerja dalam kelompok- kelompok untuk membentuk konsep dan data dan kemudian kelompok ini mendiskusikan kategori-kategori yang mereka kembangkan, mereka secara otomatis akan mendorong kelompok lain untuk melihat informasi dari perspektif yang berbeda dengan mereka.
Siswa juga dapat belajar menggolongkan kategori-kategori. Bayangkan siswa-siswa yang mengklasifikasi puisi atau cerpen. Mereka dapat membangun konsep-konsep yang berhubungan langsung dengan dua kategori tersebut.
Kita juga bisa memberikan contoh lain untuk memicu gagasan-gagasan siswa secara bersama-sama dalam hal-hal yang lebih praktis. Seperti yang telah kami jelaskan, terkadang kita membuat dan mengolah seperangkat data agar siswa mengklasifikasikannya, dan terkadang pula kita membantu mereka membuat dan mengolah data tersebut.
C.       Kelebihan dan Kekurangan
Adapun kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh model pembelajaran berpikir induktif menurut Warimun (1997) adalah sebagai berikut:
1.      Kelebihan
a.       Dapat mengembangkan keterampilan berpikir siswa karena siswa selalu dipancing dengan pertanyaan.
b.      Dapat menguasai secara tuntas topik-topik yang dibicarakan karena adanya tukar pendapat antara siswa sehingga didapatkan suatu kesimpulan akhir.
c.       Mengajarkan siswa berpikir kritis karena selau dipancing untuk mengeluarkan ide-ide.
d.      Melatih siswa belajar bekerja sistematis.
e.       Memotivasi siswa dalam kegiatan belajar karena melalui model pembelajaran berpikir induktif siswa diberikan tantangan untuk menafsirkan data eksperimen.

2.      Kekurangan
a.       Membutuhkan banyak waktu
b.      Sukar menentukan pendapat yang sama karena setiap siswa mempunyai gagasan yang berbeda-beda

Referensi :
Julianto, Toni. 2012.Pembelajaran Induktif dan Pembelajaran Deduktif. [Online] dikutip dari:  http:// tonijulianto.wordpress.com/2012/07/12/pembelajaran-induktif-deduktif/
Joyce, B., & Weil, M. (1980). Models of Teaching (Second Edition). New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RUMPUN MODEL PEMBELAJARAN SISTEM PERILAKU

RUMPUN MODEL PEMBELAJARAN PERSONAL

MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK